Dokter Bangladesh mulai mogok tanpa batas, layanan kesehatan lumpuh

Estimated read time 2 min read

DHAKA, Bangladesh (ANTARA) – Para dokter di seluruh Bangladesh memulai pemogokan nasional tanpa batas waktu pada Minggu (1 September), sehingga sangat mengganggu sistem kesehatan negara itu dan membuat pasien terlantar.

Aksi mogok kerja tersebut bermula dari insiden yang terjadi pada Sabtu (31/08) malam di Dhaka Medical College Hospital (DMCH), fasilitas kesehatan terbesar di Bangladesh.

Insiden tersebut melibatkan vandalisme unit gawat darurat DMHC oleh kerabat dan teman seorang pelajar yang terluka dalam protes baru-baru ini yang berujung pada penggulingan rezim Hasina.

Mahasiswa yang terluka tersebut akhirnya meninggal dan beberapa rekannya menuduh dokternya lalai.

Menanggapi serangan tersebut dan tuntutan keadilan serta peningkatan tindakan keamanan, para dokter DMCH menghentikan layanan medis darurat pada Minggu pagi.

Upaya otoritas rumah sakit untuk bernegosiasi dengan para dokter tidak berhasil, sehingga protes berubah menjadi pemogokan nasional.

Pada hari Minggu sore, dr. dr. Abdul Ahad dari departemen bedah saraf DMCH mengumumkan pemogokan tersebut dengan alasan empat tuntutan utama: penangkapan mereka yang bertanggung jawab atas serangan terhadap dokter, penciptaan lingkungan kerja yang lebih aman, pembatasan akses tidak sah ke gedung rumah sakit dan kompensasi atas dugaan kerusakan. Malpraktek medis melalui jalur yang tepat, bukan kekerasan.

Para dokter yang mogok berjanji akan terus melakukan aksi mogok sampai tuntutan mereka dipenuhi.

Pemogokan ini menyebabkan banyak pasien tanpa pengobatan.

Nayan Mia, yang membawa saudara laki-lakinya yang terluka ke DMCH pada Minggu pagi, disuruh mencari pengobatan di tempat lain.

“Jika saya tidak bisa mendapatkan pengobatan di sini, ke mana lagi saya harus pergi? Saya tidak mampu membayar pengobatan di klinik swasta,” kata Mia kepada Anadolu, menggambarkan keadaan darurat yang dihadapi banyak orang akibat pemogokan tersebut.

Para dokter yang melakukan protes mengatakan kematian apa pun akibat kurangnya perawatan selama lockdown harus dilihat sebagai kegagalan otoritas kesehatan Bangladesh dalam mengatasi kekhawatiran mereka.

Sumber: Anadolu-OANA

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours