Dokter: Cegah penyakit jantung koroner sejak usia 35-40 tahun ke atas

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Universitas Indonesia, Dr. Prima Almazini Sp.JP, Subsp. Eko (K) dari FIHA mengatakan, pencegahan penyakit jantung koroner pada penuaan sebaiknya dilakukan pada usia 35-40 tahun ke atas.

Pasalnya, faktor risiko penyebab plak menyumbat atau menyempitkan pembuluh darah koroner mulai muncul pada usia tersebut karena sudah berlangsung lama.

“Sejak kecil sebenarnya terjadi secara bertahap (pembentukan plak) pada dinding pembuluh darah. Lama kelamaan menebal dan menyebabkan penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah, hingga akhirnya terjadi serangan jantung atau henti jantung mendadak pada usia (56) tahun. dan lebih tua), kata Prima dalam seminar online yang digelar di Jakarta, Selasa “Bincang Sehat ke-96 RS UI: Mengenal Penyakit Jantung Koroner”.

Ia mengatakan, satu orang di dunia meninggal karena penyakit jantung koroner atau stroke setiap tiga detik. Di Indonesia, satu dari sepuluh orang meninggal karena penyakit jantung koroner. Total biaya pelayanan yang digunakan untuk penyakit jantung sebesar Rp 7,4 triliun dan merupakan yang tertinggi diantara semua penyakit pada tahun 2016.

“Jadi kita harus melakukan upaya untuk mengatasinya, dan yang paling penting adalah mencegahnya. Selain angka kematian yang tinggi, dampaknya terhadap pembiayaan kesehatan juga sangat besar,” kata Prima. Terjadinya plak dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko, antara lain hipertensi atau tekanan darah di atas 140/90 mmHg, diabetes melitus atau gula darah tinggi, dan obesitas atau indeks massa tubuh (BMI) yang melebihi standar atau melebihi 25,0 setelah dihitung. menggunakan rumus BMI yaitu berat badan dibagi tinggi badan dikuadratkan. Faktor risiko selanjutnya adalah kolesterol tinggi (dislipidemia) dan merokok. Menurut Prima, faktor risiko tersebut hanya bisa dideteksi dengan pemeriksaan kesehatan rutin, kunjungan dokter, dan pemeriksaan laboratorium. Jika ditemukan faktor risiko, sebaiknya segera berhenti merokok, rutin berolahraga, makan makanan seimbang dan istirahat yang cukup, serta mengelola stres dengan baik untuk mengurangi risiko. “Terapkan pola hidup sehat seperti mengurangi makanan dan produk hewani lainnya yang mengandung garam, gula, minyak dan santan, rutin berolahraga dan tetap mengelola faktor risiko melalui pemeriksaan kesehatan rutin, konsultasi dokter, dan pemeriksaan laboratorium,” kata Prima. Baca juga: Dokter Tekankan Pola Hidup Sehat untuk Cegah Penyakit Jantung Koroner Prima mengatakan, mereka yang pernah mengalami serangan jantung atau serangan jantung mendadak biasanya tidak memiliki gejala sebelumnya, itulah sebabnya penyakit jantung koroner disebut juga silent killer. “Karena penyumbatan yang tadinya berangsur-angsur sudah mencapai puncaknya, yaitu peredaran darah tidak lancar lagi, nutrisi juga tidak lancar, fungsi otot jantung terganggu dan akibatnya seluruh tubuh rusak,” dikatakan. Bagus. Gejala khas yang dirasakan penderita penyakit jantung koroner adalah keluhan nyeri dada atau tekanan kuat pada area dada selama lebih dari 20 menit, disertai rasa panas, bahkan keringat dingin yang menyelimuti seluruh tubuh, atau gejala lain seperti lemas, mual. . dan pusing. Jika hal ini terjadi, pengobatan dapat dilakukan tanpa operasi, yaitu dengan terapi yang meliputi pemberian obat-obatan dan pemasangan cincin. “Terapi pemasangan ring ini hanya untuk pengobatan, bukan pencegahan. Karena kalau tidak terlihat adanya penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah, bagaimana tahu di mana plak itu menumpuk,” kata Prima. Sedangkan pengobatan bedah disebut operasi bypass, atau upaya menghubungkan aorta yang memasok darah ke seluruh tubuh, ke arteri koroner. Sambungannya terletak lebih tinggi atau di atas pembuluh darah yang menyempit atau tersumbat. Tujuannya sama, tujuannya memperlancar aliran darah dengan senyawa ini sehingga seluruh otot jantung mendapat aliran darah yang optimal, kata Prima. Baca Juga: Orang Asia Lebih Rentan Mengalami Hipertensi Dibanding Ras Lain Baca Juga: 8 Perubahan Gaya Hidup Untuk Menurunkan Kolesterol Baca Juga: Gangguan Makan Mempengaruhi Penderita Diabetes Ketergantungan Insulin

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours