Dokter: Imunisasi polio dapat diberikan untuk anak dengan autisme

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Departemen Ilmu Kesehatan Anak, prof. Dokter. Dokter. Rini Secartini, Sp.A(K), mengatakan vaksin polio bisa diberikan kepada anak berkebutuhan khusus dengan gejala gangguan perilaku seperti autisme.

“Ada juga anak berkebutuhan khusus dengan gangguan perilaku, seperti anak autis, ADHD, apakah aman diberikan obat polio? Aman, silakan dilakukan karena sehat jasmani, tidak ada masalah,” kata Rini saat membuka Pekan Vaksinasi Polio Nasional (PIN) di Gedung Ikatan Dokter Anak Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Selasa.

Ketua Departemen Koordinasi Tumbuh Kembang dan Tumbuh Kembang Sosial Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan, anak berkebutuhan khusus sudah seharusnya mendapatkan kebutuhan dasarnya, termasuk vaksinasi. Hal ini menjadi perhatian masyarakat sehingga para orang tua tidak memberikan imunisasi lengkap kepada anak berkebutuhan khusus terkait gangguan perilaku.

Yang tidak bisa mendapatkan vaksin polio adalah anak berkebutuhan khusus yang memiliki penyakit seperti gangguan ginjal, kelainan darah, dan lain-lain.

Tentu saja, kecuali ada kondisi medis lain yang menjadi kontraindikasi, kata Rini.

Orang tua dapat berkonsultasi dengan dokter anak untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai vaksin yang efektif mencegah penyakit penyebab kelumpuhan permanen. Pada tahun 2021, akibat pandemi COVID-19, cakupan vaksinasi pada anak menurun tajam.

Untuk itu, Kementerian Kesehatan bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia menyelenggarakan Pekan Vaksinasi Polio Nasional (PIN) tahap kedua di 27 provinsi.

PIN Polio tahap kedua dilaksanakan karena Indonesia masih berada dalam status Darurat Polio (PoE).

Epidemi polio telah terjadi di Papua sejak tahun 2022. Cakupan imunisasi polio harus mencapai minimal 95 persen untuk mencapai kekebalan kelompok. Artinya, 5 persen anak mengalami keterlambatan kelahiran.

“Cakupan imunisasi yang tinggi dapat mengendalikan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, namun jika cakupan imunisasi turun di bawah 60 persen, kejadian darurat (CLB) dapat terulang kembali,” kata Presiden IDAI Dr. Piprim Basara Januarso. Selama sepekan ke depan, anak usia 0 hingga 7 tahun akan menerima imunisasi di tangga, DPtS, dan tempat lain yang ditunjuk Kementerian Kesehatan. Baca Juga: IDAI Cantumkan Alasan Orang Tua Aceh Tak Mau Vaksinasi Polio Baca Juga: Cegah Polio, IDAI Ingatkan Pentingnya Tingkatkan Cakupan Imunisasi Baca Juga: IDAI: Jangan Anggap Remeh Polio, Meski Kebanyakan Penderita Tanpa Gejala

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours