Dokter: Tangani mata malas pada anak, guna cegah kebutaan saat dewasa

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Dokter Spesialis Mata Rumah Sakit Mata (RS) Cicendo Feti Karfiati Memed mengingatkan anak-anak sebaiknya mengobati mata malas atau ambliopia pada anak, untuk mencegah kebutaan di usia dewasa.

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu, Feti mengatakan penyebab paling umum hilangnya penglihatan pada orang dewasa berusia antara 20 dan 70 tahun adalah ambliopia yang tidak ditangani secara memadai pada masa kanak-kanak.

“Hanya anak-anak yang bisa menderita ambliopia. Jika tidak diobati pada masa kanak-kanak, akan mengakibatkan kehilangan penglihatan permanen,” ujarnya.

Amblyopia, kata dia, merupakan penurunan ketajaman penglihatan yang terjadi ketika otak tidak menerima rangsangan normal dari mata. Menurutnya, ambliopia seringkali disebabkan oleh kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, strabismus atau strabismus, serta kelainan mata seperti katarak.

Feti mengatakan, pemeriksaan penglihatan pada usia sekolah mungkin tertunda karena ambliopia menjadi sulit diobati setelah usia 5 tahun. Selain itu, kehilangan penglihatan permanen mungkin mulai terjadi jika pengobatan diberikan setelah 8 hingga 10 tahun.

Sedangkan untuk anak yang berisiko terkena ambliopia, kata dia, antara lain memiliki riwayat keluarga strabismus atau strabismus, mata malas, atau berkacamata sejak kecil.

Ia mengatakan, riwayat kesehatan seperti kelahiran prematur, keterlambatan perkembangan, dan diabetes juga dapat meningkatkan risiko ambliopia. Selain itu, riwayat gangguan mata seperti strabismus, robekan, ptosis, dan penglihatan kabur juga harus diperiksa.

Pemeriksaan neonatal sebaiknya dilakukan dalam usia 35 bulan atau 0 hingga 2 tahun untuk mengetahui riwayat kesehatan, termasuk gangguan mata pada keluarga.

Lalu lihat penglihatannya gerak mata atau nistagmus, supaya mata tidak diam terus bergerak, lalu di area mata manakah, apakah terdapat strabismus dan pantulan pada kornea dan tutup tes untuk melihat. Kalau mata juling atau tidak,” kata Feti.

Dia mengikuti ujian berikutnya pada usia 36 hingga 47 bulan atau sekitar 3 hingga 4 tahun. Pada usia ini anak seharusnya sudah bisa mengukur ketajaman penglihatannya dan mampu mengidentifikasi beberapa optotipe pada garis 20/50 di setiap matanya.

Ia mengatakan, pemeriksaan dilakukan pada jarak 10 atau 3 meter dan mata yang tidak diperiksa harus ditutup dengan baik.

Pemeriksaan selanjutnya dilakukan pada usia anak di atas 60 bulan atau 5 tahun, katanya, dimana anak diharapkan dapat melihat banyak optotipe pada garis 20/30 di setiap matanya, yaitu pemeriksaan ulang. direkomendasikan setiap tahunnya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sebagian biaya kesehatan anak akibat ambliopia atau kasus lainnya akan ditanggung oleh BPJS jika terdaftar sebagai peserta.

“Di hari peringatan Hari Kesehatan Mata ini kami ingin mengingatkan masyarakat, terutama untuk melihat selagi masih ada waktu, dan apakah kita ingin memperkuat guru-guru di sekolah agar mendengarkan siswanya. Jika siswa duduk agak jauh tetapi tidak bisa “membaca, sebaiknya segera ditanyakan,” kata Nadia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours