Dokter Ungkap Cara Agar Produksi ASI Lancar

Estimated read time 3 min read

dlbrw.com, JAKARTA – Kementerian Kesehatan menyatakan cara paling efektif untuk meningkatkan produksi ASI adalah dengan ibu memberikan ASI pada bayinya dengan baik dan memberikan waktu sebanyak yang diinginkannya serta tidak sembarangan memberikan makanan lain. . . Minuman ringan

Jakarta, Dalam keterangan yang diterima, Sabtu, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, Dr. Lovely Daisy menjelaskan, komentar soal ASI yang keras atau tidak keluar seringkali membuat para ibu khawatir.

“Selama beberapa hari setelah melahirkan, ASI keluar dalam bentuk kolostrum yang berjumlah 5-7 ml.” Kolostrum berwarna kuning atau bening, mengandung lebih banyak protein dibandingkan ASI yang muncul belakangan, dan mengandung zat anti inflamasi. “Para ibu sering mengira ASInya tidak ada, keras, atau keluarnya sedikit,” kata Lolli.

Ia menjelaskan, penyediaan air susu ibu (ASI) untuk kesehatan bayi dan anak diatur dalam Pasal 24 hingga Pasal 48 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024.

Lawley mengatakan, Pasal 24 menegaskan bahwa setiap anak berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir hingga usia 6 bulan, yang dapat dilanjutkan hingga 2 tahun jika diberikan makanan pendamping ASI. Ketentuan ini sering menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat, terutama mengenai solusi jika ASI keras atau tidak keluar.

Mereka menjelaskan, seiring berjalannya waktu, kolostrum akan berubah menjadi ASI peralihan, kemudian ASI matang. Perubahan ini juga akan dibarengi dengan peningkatan jumlah ASI.

Selain itu, produksi ASI juga terpengaruh selama menyusui, tambahnya. Ia beranggapan bahwa semakin baik bayi disusui, maka semakin banyak ASI yang dihasilkan ibu.

Menurut mereka, ibu dapat mempraktikkan teknik menyusui yang benar dengan melakukan bonding dan memposisikan ibu dan bayi dengan baik. Indikator proses menyusui yang efektif antara lain adalah posisi ibu dan bayi yang tepat, pelekatan bayi yang tepat, dan pengaruhnya terhadap payudara bayi.

Ia mengatakan, praktik menyusui yang salah dapat menimbulkan berbagai masalah seperti puting lecet dan pengeluaran ASI yang tidak tepat. Akibatnya bisa mempengaruhi produksi ASI sehingga membuat bayi enggan menyusu. Sebab, kebutuhan nutrisi anak mungkin tidak tercukupi.

“Untuk pemberian ASI secara sistematis, ibu dapat menghubungi konsultan laktasi di fasilitas kesehatan terdekat atau mengakses telekonseling laktasi jika ibu memiliki keraguan atau kendala dalam menyusui,” kata Daisy.

Mereka mengatakan pemberian ASI selain ASI akan menghambat produksi ASI, karena bayi akan kenyang dan menyusu lebih sedikit. Oleh karena itu, kata Lolli, pengganti ASI atau susu formula diberikan bila ada indikasi medis setelah diagnosis dokter yang tepat.

Konsekuensi lainnya adalah kurangnya faktor kekebalan yang hanya ditemukan pada ASI dapat meningkatkan risiko penyakit pada anak-anak. “Penurunan intensitas pemberian ASI langsung dapat mempengaruhi kedekatan (hubungan) ibu dan bayi yang terjalin selama proses menyusui,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours