Dokter: Waspada, aneurisma otak yang tak pecah seperti bom waktu

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Benny Rilianto, konsultan ahli saraf di Pusat Penyakit Otak Nasional (RSPON), mengingatkan bahwa sebagian besar stroke yang tidak diketahui penyebabnya tidak menunjukkan gejala, jadi waspadai situasinya.

“Banyak orang yang perutnya kembung tanpa disadari. Ibarat bom waktu, kita tidak tahu kapan akan meledak sampai kita meledak,” kata Benny dalam seminar di Jakarta. ,

Oklusi arteri serebral adalah adanya pembuluh darah atau lebih tepatnya perluasan dinding arteri. Pusing ibarat balon yang mengembang seiring berjalannya waktu hingga mencapai diameter tertentu, yang kemungkinan besar akan meledak seiring berjalannya waktu.

Secara sederhana Benny menjelaskan stroke terbagi menjadi dua jenis, yakni stroke dan non stroke. Berbeda dengan stroke yang menimbulkan gejala sakit kepala parah bahkan pendarahan. Iskemia serebral (penyakit serebrovaskular) Stroke yang tidak menimbulkan gejala dalam beberapa episode.

Namun, dalam beberapa kasus, jika tumor terletak di suatu area, seperti bagian dalam, oklusi arteri serebral yang tidak pecah dapat menimbulkan gejala. Misalnya, benjolan yang menimbulkan tekanan pada saraf okulomotor atau saraf optik dapat menyebabkan gangguan pada pergerakan mata.

“Namun sebagian besar anemia tidak menimbulkan kepanikan,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, ahli radiologi konsultan RSPON Khairun Niswati mengatakan pencitraan berperan penting dalam diagnosis penyakit pembuluh darah. Dengan pencitraan, dokter dapat mengakses dan menilai kondisi pembuluh darah di kepala pasien dan menentukan pengobatan yang tepat.

Pemeriksaan rektal dapat dilakukan dengan menggunakan pemindaian CT (computerized tomography) atau MRI (magnetic resonance imaging). CT scan memerlukan pencitraan menggunakan media kontras yang disuntikkan ke tubuh pasien, sedangkan MRI dapat dilakukan dengan atau tanpa penggunaan media kontras.

Pemilihan profil pencitraan tergantung kondisi pasien, kata Niswati. Jika pasien mengalami pecah arteri serebral, disarankan untuk menggunakan CT angiografi untuk dapat melihat lebih detail kondisi bekuan darah di otak.

Ia juga mengingatkan pentingnya pemeriksaan aneurisma bagi orang yang memiliki riwayat genetik atau keluarga yang pernah mengalami pendarahan otak. Kondisi ini juga dapat diperiksa dengan menggunakan CT angiografi.

Namun bagi pasien yang ligamennya belum pecah, bisa dilakukan pemeriksaan MRI sebagai prosedur screening, kata Niswati.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours