Dua Pelajar Tewas Diduga Akibat Kekerasan, Ketua Komisi X DPR: Usut Tuntas

Estimated read time 2 min read

JAKARTA: Kekerasan yang dilakukan guru yang tidak beretika di lingkungan sekolah yang mengakibatkan kematian siswa kembali mengemuka. Fakta ini merupakan indikasi rendahnya literasi para pendidik tentang dampak kekerasan.

“Kami tidak pernah bosan mengingatkan masyarakat bahwa kekerasan dalam pendidikan itu nyata. Ketua Panitia Syaiful Huda X DPR RI dalam keterangan resminya, Sabtu, mengatakan, “Kami mendesak dilakukan penyelidikan menyeluruh untuk mengetahui penyebab tewasnya dua mahasiswa tersebut. Peristiwa tersebut terjadi di Deli Serdang dan Blitar.” 29/9). / 2024).

Sebagai informasi, dua siswa dari sekolah berbeda meninggal akibat disiplin guru yang tidak beretika. Korban pertama adalah Rindu Syahputra Sinaga (14), siswa SMP Negeri 1 STM Hilir Deli Serdang, Sumatera Utara, yang meninggal seminggu setelah gurunya menyuruhnya duduk 100 kali.

Sedangkan korban kedua, disingkat KAF (13) asal MTs Blitar, Jawa Timur, meninggal setelah gurunya melemparkan tongkat ke kepala karena terlambat salat Dhuha.

Huda mengatakan, kasus kekerasan yang dilakukan oknum guru di Blitar dan Deli Serdang merupakan tanda rendahnya literasi para pendidik terhadap dampak kekerasan.

Meskipun kekerasan pada awalnya dimaksudkan sebagai bagian dari proses pendisiplinan, jika tidak dipahami sepenuhnya, konsekuensinya dapat menimbulkan konsekuensi yang serius.

“Bisa dibayangkan seorang siswa yang disuruh duduk 100 kali atau dilempari tongkat ke kepalanya akan berdampak serius, padahal tujuan tindakan pertama adalah untuk mendisiplinkan siswa tersebut,” ujarnya. . .

Rendahnya literasi pendidik terhadap dampak kekerasan Huda masih menjadi indikator buruknya perilaku Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Sekolah (tim PPKS) dan PPKS.

Menurutnya, jika Kelompok PPKS dan Kelompok PPKS berjalan dengan baik, maka pengelola satuan pendidikan dalam hal ini guru akan bisa memahami dampak dari perilaku tegas jika dilakukan tanpa perhitungan yang matang.

“Literasi dampak kekerasan harus menjadi bagian integral dari program pencegahan PPKS dan PPKS” karena guru, siswa, kepala sekolah tidak memahami apa yang terjadi dan kemungkinan dampak kekerasan”

Politisi PKB itu menyebut lembaga pendidikan di semua tingkatan menjadi sumber kekerasan. Mengkonsentrasikan siswa dari berbagai latar belakang dalam jumlah besar dapat menimbulkan gesekan. “Makanya di sini kita dorong agar penerapan tim PPKS lebih maksimal di tingkat kabupaten dan sekolah Kelompok PPKS,” tutupnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours