Dubes Belanda dukung pemanfaatan Kota Tua untuk belajar sejarah

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Kedutaan Besar Belanda di Indonesia Lambert Grijns mendukung upaya pemanfaatan kawasan di Kota Tua, Jakarta sebagai sarana pembelajaran sejarah, termasuk sejarah Belanda dan Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Dubes Grijins pada Rabu usai mengunjungi Tugu Old Town Jakarta, sebuah bangunan milik warga Tionghoa Indonesia di kawasan Kota Tua.

Balai Kota Lama Tugu menyimpan ratusan peninggalan zaman dahulu, seperti masa Dinasti Ming hingga masa presiden pertama Indonesia, Soekarno.

“Kota Tua saat ini lebih menarik dibandingkan 10 tahun yang lalu,” kata Duta Besar Grijns.

“Waktu saya masih mahasiswa di sini tahun 1980-an, Kota Tua tidak terlalu aman, kotor, dan banyak lalu lintas. Yang Anda lihat sekarang, Kota Tua menjadi lebih menarik untuk pariwisata,” ujarnya.

KBRI mengatakan wisatawan asal Belanda dan negara lain seperti Perancis, Singapura atau Australia akan menikmati bagian kota yang bernilai sejarah.

Apalagi jika kotanya bersih, aman dan memiliki hotel yang bagus.

Diakuinya Belanda dan Indonesia mempunyai masa lalu yang kelam, namun menurutnya generasi muda tidak boleh melupakan sejarah Indonesia.

Para pemuda harus belajar pada masa kolonial agar memiliki masa depan yang lebih baik.

“Saya sebagai duta besar siap menerima masa-masa sulit di masa penjajahan. “Tetapi kita harus mempelajarinya, dan kita harus menghadapinya,” kata Dubes yang fasih berbahasa Indonesia ini.

“Dengan mempelajari momen-momen ini, pada saat itu, kita bisa menatap masa depan, dan juga belajar tentang siapa diri kita,” ujarnya.

Selain itu, Grijins berharap Anhar Setjadibrata selaku pendiri Tugu Group membuka gedung di kawasan Kota Tua untuk umum dan menjadi bagian dari transformasi kawasan Kota Tua.

“Ini cerita tentang keluarga, ayah dan pendahulunya, tapi juga cerita tentang keluarga Peranakan, keturunan Tionghoa di Indonesia dan itulah yang membuat tempat ini istimewa,” ujarnya.

“Itu adalah tempat di mana Anda dapat memahami kedalaman cerita dan pentingnya cerita tersebut,” jelas Grijns lagi.

Sementara itu, Anhar menjelaskan, perbaikan Rumah Tugu Kota Tua Jakarta membutuhkan waktu sekitar 20 tahun.

Sedangkan pengumpulan benda bersejarah dimulai sejak 57 tahun lalu.

Ia memiliki keinginan untuk menjadikan Jakarta, khususnya kawasan Kota Tua, menjadi tempat yang kaya akan seni, sejarah, dan budaya Indonesia.

Menurutnya, Kota Tua merupakan tempat di mana sejarah penduduk Belanda saat ini bisa dilihat dalam sejarah Indonesia.

Meski demikian, ia mengaku masih memikirkan untuk membuka bangunan bersejarah tersebut untuk umum karena khawatir tidak semua kalangan masyarakat bisa menerima sejarah masa lalu.

“Aturannya untuk umum. Namun dari segi keamanan, kita tahu mereka belum siap, belum siap bersentuhan dengan fakta sejarah, ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours