Edukasi keluarga dan pekerjaan kendala beri ASI di Kecamatan Paseh

Estimated read time 3 min read

Sumedang, Jawa Barat (Antara) – Kepala Puskesmas Paseh, Rini Raniati SP.M.K.M. mengatakan pendidikan dan keterlibatan anggota keluarga serta jam kerja yang padat menjadi kendala bagi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

“Dulu banyak ibu-ibu yang memberikan madu (sebagai pengganti ASI), tapi di Sah sudah tidak lagi. Lebih pada tingkat pengetahuan dan kesadaran keluarga terhadap keinginan memberikan ASI,” kata Reini, Senin di Sumedang, Kabupaten Jawa Barat.

Rini mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun Puskesmas, terdapat peningkatan jumlah pemberian ASI eksklusif pada anak. Tadinya hanya 60,6 persen pada tahun 2022, kini meningkat menjadi 77,5 persen. Pencapaian tersebut masih akan dipantau seiring berjalannya waktu.

Namun pencapaian tersebut masih kurang dari yang diharapkan karena ternyata dalam pelaksanaannya tingkat pengetahuan keluarga di lapangan masih perlu ditingkatkan.

Ia mencontohkan, para ibu muda benar-benar teredukasi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) setiap kali berkunjung ke puskesmas.

Namun sesampainya di rumah, pembelajaran ini sulit dilaksanakan karena adanya keterlibatan anggota yang lain. Misalnya, saat bayi menangis, kakek dan neneknya lebih banyak memberikan makanan yang rasanya manis di dalam botol.

“Makanya saya selalu sampaikan kepada para bidan, semoga ketika di kelas tidak hanya ikut bergabung dengan ibu-ibu hamil saja, tapi juga menambah ilmu para orang tua,” kata Rini.

Kendala berikutnya adalah kesadaran tentang menyusui. Rini mengatakan, tingkat pengetahuan ibu-ibu di Paseh masih tergolong rendah jika dilihat dari aspek pendidikan karena rata-rata lulusan SMP dan SMA.

Akibatnya, banyak ibu-ibu yang bekerja ketika cuti hamil tiga bulan telah usai, tidak melanjutkan semangat menyusui seperti sedia kala.

“Karena banyak yang bekerja, diberi cuti tiga bulan, setelah tiga bulan (karena harus bekerja lagi) banyak ASI yang tidak bisa,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang. Hana Zaytunah Fouadi menambahkan, agar pemberian ASI eksklusif bisa maksimal, petugas memperluas penyuluhan dan menyediakan pojok menyusui bagi ibu bekerja, baik negeri maupun swasta, semua orang.

“Agar ibu bekerja merasa nyaman menyusui, hal ini juga berkaitan dengan kesehatan kerja perempuan, makanya kita sudah melakukan penyuluhan bahkan setiap kantor harus ada pojok menyusui dan Alhamdulillah di swasta pun ada,” ujarnya.

Kemudian, meskipun daerah lain banyak menemukan kasus penggantian ASI dengan air gula, namun di daerah tersebut mereka menekankan bahwa permasalahan ASI eksklusif lebih fokus pada pendidikan keluarga.

Oleh karena itu, departemen memiliki IEC yang berbeda. (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) terus mengedukasi keluarga melalui tangga melalui saluran seperti program Better Investment for Stunting (BISA) yang dikelola oleh organisasi nutrisi, Nutrition International (NI). Dengan Selamatkan Anak-Anak.

“Seperti di Medan, masih ada yang menyajikan air gula, tapi di Sumedang tidak ada. “Lebih pada sains dan kesadaran diri,” kata Hana.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours