Ekonom: Kemenperin pegang peranan pada pemerintahan mendatang

Estimated read time 3 min read

Semarang (Antara) – Ekonom Prof. dokter. Didek menyatakan c. Ratchbeni mengatakan Kementerian Perindustrian (Kiminbreen) akan memainkan peran sentral dalam pemerintahan berikutnya, sekaligus menentukan apakah pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6 persen atau lebih.

Menurut profesor ekonomi dan peneliti Endive ini, kegagalan mendorong perekonomian tumbuh lebih dari 6 persen karena sektor industri tumbuh terlalu rendah dan bergerak terlalu lambat.

Profesor Didek J. berkata: “Hal ini terjadi karena tidak adanya dan kekosongan kebijakan industri serta tidak aktifnya Kementerian Perindustrian,” kata Ratchbeni saat dikonfirmasi dari Semarang, Selasa.

Profesor Odner mengatakan, peran Kementerian Perindustrian selama ini sangat terbatas dengan kebijakan yang lemah dan nilai yang kecil dalam memperkuat sektor industri.

Ia mengatakan, sektor ini terus tumbuh dengan laju kurang dari 5 persen sehingga tidak memiliki motivasi dan tidak mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Faktanya, sektor ini bisa dibilang stagnan dengan pertumbuhan hanya 3-4 persen. Hal ini, menurut Profesor Udan, menunjukkan lemah dan tidak adanya kebijakan industri. Industri tersebut terhenti akibat kebijakan yang menurun dan tidak memberikan peluang, ruang dan dorongan bagi industri nasional.

Jika kebijakan industri terus berlanjut seperti yang terjadi dalam satu atau dua dekade terakhir, kita akan lupa bahwa janji calon presiden Indonesia, Prabowo Subianto, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menjadi kenyataan.

“Yang mungkin terjadi justru sebaliknya: pertumbuhan ekonomi akan selalu berada di bawah 5 persen karena akan dipengaruhi oleh pertumbuhan industri yang sangat rendah,” kata profesor tersebut. Pelajari itu juga

Rektor Universitas Paramadena.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Vietnam. Antara/HO-Indef

Profesor Didek kemudian membandingkan tingginya pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Vietnam dan India selama ini. Mengapa India dan Vietnam mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi? Jawabannya hanya satu, yaitu berhasil mendorong industri sebagai mesin pertumbuhan.

Sektor industri India telah tumbuh dua digit, menarik pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen. Sebaliknya, selama dua dekade terakhir, sektor industri Indonesia hanya tumbuh kurang dari 5 persen, sehingga mustahil menarik pertumbuhan ekonomi melebihi 6 persen.

“Mengapa Indonesia gagal mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam dua dekade terakhir?” tanyanya. Dedic menjawab: “Jawabannya sama, karena gagal menjadikan sektor industri sebagai lokomotif pertumbuhan dan sekaligus karena Kementerian Perindustrian mengalami stagnasi dan sterilitas dalam melaksanakan kebijakan industrinya.”

Profesor Didek kemudian menekankan bahwa “faktor penentu pertumbuhan ekonomi di bawah pemerintahan Prabowo terletak pada kementerian ini.”

Di sisi lain, ia mengungkapkan perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan stagnan sebesar 5 persen atau kurang karena mengandalkan konsumsi dan sektor jasa yang bercampur dengan sektor informal.

Dengan hadirnya sektor jasa yang tidak modern dan hanya bergantung pada konsumsi rumah tangga, menurut Profesor Udan, perekonomian kehilangan mesinnya yang pada akhirnya menyebabkan perekonomian hanya tumbuh lambat atau moderat.

Mengenai janji calon presiden Indonesia, Prabowo, saat kampanye pemilu, bahwa pertumbuhan ekonomi akan mencapai 8 persen, kata profesor itu. Didek menganggap tujuan ini hampir mustahil mengingat kebijakan saat ini dan kementerian yang tidak berbuat banyak untuk mengubah situasi.

“Jika ingin berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, kunci keberhasilannya terletak pada berhasil tidaknya perbaikan Kementerian Perindustrian dan kebijakan industrinya. Tanpa itu, Indonesia akan menjadi underdog di ASEAN,” kata Profesor Udan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours