Ekonom Sebut Skandal Bapanas-Bulog Gate Berpotensi Bebani Devisa Negara

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Ekonom Gede Sandra dari Gerakan Kedaulatan Rakyat (PKR) menilai dampak skandal impor beras Gerbang Bapanas-Bulog pada tahun 2024 akan membebani mata uang asing di tengah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Gede menegaskan, kebijakan nekat Arief Prasetyo Adi-Bayu Krisnamurthi yang mengimpor beras Bapanas dan Bulog tidak membawa manfaat apa pun bagi masyarakat.

Gede mengatakan hal itu pasca skandal impor beras Gerbang Bapanas-Bulog yang berpotensi merugikan negara hingga Rp 8,5 triliun. “Impor dalam jumlah besar dengan nilai tukar yang semakin lemah akan menguras devisa sekaligus menurunkan pertumbuhan ekonomi,” kata Gede, Jumat (19 Juli 2024).

Gede juga meminta pertanggungjawaban Bapanas-Bulog atas potensi tekanan devisa dan perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat skandal bea tambahan impor beras. Gede meminta Badanase dan Bulog bertanggung jawab di hadapan hukum. “Kalau terbukti jelas, kita harus bertanggung jawab secara hukum,” kata Gede.

Gede melanjutkan, Bapanas dan Bulog juga harus bisa menyikapi secara gamblang dugaan keterlibatan skandal mark-up yang kerugiannya mencapai Rp 8,5 triliun. “Bulog dan Bapanas harus menyikapi kemungkinan peningkatan impor beras yang ditudingkan banyak pihak,” jelasnya.

Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto sebelumnya membeberkan fakta terkini skandal impor beras. SDR melaporkan skandal impor beras Gerbang Bapanas-Bulog 2024 ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Berdasarkan data yang kami temukan, kami memiliki informasi harga rata-rata yang dibebankan (Bulog) untuk beras sebesar US$660 per ton, Insurance and Freight (CIF), kata Hari Purwanto, Minggu (14/7/2024).

Hari menyoroti Bulog juga mengimpor beras dengan harga rata-rata US$655/MT CIF Indonesia. Hal itu, kata Hari Purwanto, merupakan data bulan Maret 2024 dari Badan Pusat Statistik (BPS).

“Jika mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga Maret 2024, RI mengimpor beras sebanyak 567,22 ribu ton senilai USD 371,60 juta. Artinya Bulog mengimpor beras dengan harga rata-rata US$655 per ton CIF Indonesia,” jelas Purwanto Day.

Hari menambahkan, kebohongan Bulog semakin terkuak karena realisasi harga pemenang tender lainnya jauh lebih tinggi dibandingkan tawaran Tan Long Group asal Vietnam yang hanya US$538 per ton.

Tan Long Group mengatakan salah satu anggotanya, yakni LOC TROI, berhasil memenangkan tender Bulog untuk 100.000 ton beras karena mengajukan harga $15 per ton lebih rendah dari yang mereka tawarkan. Harga ini jauh lebih rendah dibandingkan Tan Long Group yang sebesar US$538 per ton.

Namun berdasarkan data Bulog atau saham biasa, harga realisasi tender pemenang LOC TROI adalah $604 per ton. Mengingat tuntutan Tan Long Group, seharusnya LOC TROI mengajukan harga penawaran hanya US$523 per ton free on board (FOB).

Jadi kalau dihitung berdasarkan cost, Insurance and Freight (CIF) LOC TROI di data Bulog yaitu $604 per ton, ada selisih harga $46 per ton. Selain itu, harga CIF Loc Troi akan diturunkan sebesar USD 15 per ton dari harga penawaran Tan Long sebesar USD 573 per ton yakni USD 558 per ton.

Beda dengan Loc Troi yang bisa pesan 100.000 per ton x $46 per ton = $4,6 juta. Ini kenaikan harga Bulog dari satu perusahaan Loc Troi. Belum ada kenaikan untuk perusahaan lain yakni 2,2 juta ton untung lebih Rp 2,7 triliun. Itu skandal Gerbang Bapanas-Bulog 2024,” jelas Hari Purwanto.

Sementara itu, Direktur Jenderal Kajian Ekonomi Politik dan Kebijakan (PEPS) Anthony Budiawan membeberkan perhitungannya mengenai kerugian negara yang akan ditimbulkan jika terjadi peningkatan impor beras pada tahun 2023 dan Januari-April 2024 yang mencapai 4,83 juta ton.

“Total impor beras mencapai 3,06 juta ton pada tahun 2023 dan 1,77 juta ton pada Januari hingga April 2024. Totalnya 4,83 juta ton. Jika kenaikan sebesar $117 per ton ini terjadi mulai tahun 2023, kerugian negara akan mencapai $565 juta. atau sekitar Rp 8,5 triliun,” kata Anthony, Kamis (11/7/2024).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours