Ekspor Pertanian Capai Rp552,4 Triliun Menjadi Andalan Perekonomian Nasional

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Sektor pertanian Indonesia terus menunjukkan kinerja yang baik. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor pertanian mencapai Rp 552,4 triliun pada tahun 2023. Hal ini membuktikan kuatnya potensi ekspor produk pertanian Indonesia di pasar internasional. Keberhasilan ini mencakup meningkatnya permintaan pasar dunia terhadap produk pertanian segar dan olahan.

Terkait impor produk pertanian yang mencapai US$7,58 miliar pada Agustus 2024, kata Direktur Humas dan Informasi Kementerian Luar Negeri Moher. Arifkayono menjelaskan sebagian besar impor didominasi oleh komoditas yang tumbuh paling baik di negara subtropis, seperti gandum, atau komoditas yang produksinya masih mencukupi, seperti kedelai. Gandum adalah bahan utama roti dan mie, dan kedelai digunakan untuk membuat tempe dan tahu.

Arif menegaskan, hal tersebut tidak menurunkan kinerja sektor pertanian secara keseluruhan. “Jika dikonversikan ke dalam rupee, impor sebesar US$7,58 miliar hanya setara dengan sekitar 117,4 triliun rupiah, jauh lebih rendah dibandingkan ekspor pertanian kita yang mencapai 552,4 triliun rupiah pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada beberapa komoditas yang diimpor, pertanian kita Sektor ini masih mampu menghasilkan surplus melalui ekspor produk-produk berkualitas seperti kopi, kakao, rempah-rempah, dan minyak sawit,” ujarnya.

Arif mengatakan, pertanian di bawah kepemimpinan Menteri Pertanian Andi Amran Suleiman tidak hanya fokus pada peningkatan produksi pangan, namun juga terus mendorong perluasan hilirisasi produk pertanian untuk meningkatkan nilai tambah komoditas ekspor. Dengan berfokus pada penjualan produk olahan yang bernilai lebih tinggi, ekspor pertanian diharapkan terus tumbuh dan memperkuat posisi Indonesia di pasar global.

“Ke depan, Mentan berharap kita tidak hanya mengekspor bahan mentah saja, tapi juga memperkuat produk olahan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Inisiatif ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar internasional dan mengurangi ketergantungan pada produk pertanian. impor,” kata Arif. “

Indonesia memiliki beragam komoditas kelas atas yang dapat terus meningkat nilainya dan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian nasional. Misalnya saja, negara dengan kelapa sawit terbesar di dunia yang berpotensi meningkat hingga 70 juta ton pada tahun 2029 atau setara dengan 959,8 triliun Indonesia. rupiah. . Kelapa merupakan komoditas ekspor terbesar kedua di dunia dengan potensi 3,75 juta ton atau Rp 60 triliun seperti komoditas ekspor lainnya.

Melalui langkah hulu dan hilir yang komprehensif, Kementerian Pertanian optimis sektor pertanian Indonesia akan terus memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional melalui peningkatan ekspor dan pengembangan industri pangan dalam negeri yang lebih kuat.

“Ekspor pertanian tetap menjadi pilar utama dan terus menunjukkan tren positif. Kami akan terus memastikan industri ini berkelanjutan dan mampu bersaing di kancah global,” ujarnya.

Sementara itu, Plt. Amalia Adininggar Widyasanti, Kepala BPS, mengungkapkan nilai ekspor kumulatif minyak sawit mentah dan turunannya pada September 2024 sebesar US$1,38 miliar atau setara dengan 21,4 triliun rupiah (kurs 15.515 rupiah). Di sisi lain, Amalia mengatakan harga minyak sawit mentah dan turunannya sendiri berada di level pasar global pada September 2024, naik dari US$898,90 per ton pada bulan lalu menjadi US$932,05 per ton.

Surplus perdagangan Indonesia mencapai US$3,26 miliar pada September 2024. Feberrio Kacaribu, Kepala Biro Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF), mengatakan konsistensi tren surplus menunjukkan perekonomian Indonesia masih tangguh meski perekonomian global sedang terpuruk. stagnasi.

Capaian tersebut memperpanjang tren surplus perdagangan Indonesia hingga Mei 2020 menjadi 53 bulan berturut-turut.

“Hal ini juga mencerminkan nilai tambah ekonomi kita menunjukkan hasil yang positif. Tentu ini menjadi modal yang baik untuk masa depan,” kata Bos BKF itu dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15 Oktober 2024).

Lebih lanjut Direktur BKF mengatakan, aktivitas ekspor Indonesia masih mencapai US$22,08 miliar pada September 2024, di bawah tekanan Purchasing Managers Index (PMI) global yang terus menurun hingga 48,8 pada September 2024.

Dari sisi industri, peningkatan terbesar adalah pertanian yang meningkat sebesar 38,76% dibandingkan tahun lalu, diikuti oleh pertambangan dan industri lainnya yang meningkat sebesar 9,03% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan industri pengolahan yang meningkat sebesar 7,11% (tahun). -pada tahun).

Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang masih menjadi mitra utama Indonesia yang menyumbang 43,57% dari total ekspor nonmigas Indonesia. Volume ekspor kumulatif Januari-September 2024 mencapai US$192,85 miliar.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours