Fahmi Sirma Pelu, Pemuda Asal Ambon yang Berhasil Tembus 53 Kampus Top Dunia

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Bukan hanya satu dua, Fahmi Sarmapelo muda asal Ambon berhasil diterima di 53 universitas sedunia. Nah, dari 53 kampus tersebut, kamu pilih yang mana?

Fahmi Sarma Pilu mendapatkan beasiswa LPDP untuk program studi Master of Asian and Pacific Studies di Australian National University.

Baca juga: Kebanggaan! Siswa SMA Perdita Durgantara kembali masuk dalam 11 kampus terbaik dunia, pemeringkatan ini

Fahmy berasal dari pesisir utara Pulau Ambon, tepatnya kota Hatto. Ia merupakan mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadja Mada (UGM).

Baca juga: 70% Lulusan Sekolah SWA Masuk 100 Universitas Terbaik Dunia

Fahmi berhasil memperoleh 53 letter of Acceptance (LoA) dari perguruan tinggi luar negeri yang sebagian besar berasal dari Inggris, Australia, dan Selandia Baru.

Beberapa kampus yang menerimanya antara lain:

1. Magister Manajemen Budaya dan Seni dari University of Melbourne

2. Magister Kajian Budaya dari University of Sydney

3. Gelar Magister Mahasiswa Pribumi Universitas Auckland

4. Magister Pembangunan Global dari University of Manchester: Kemiskinan dan Ketimpangan

5. Magister Antropologi Sosial dari University of Edinburgh

Sedangkan bagi Instagram Schoters, motivasi Fahmi mendapatkan 53 LoA karena ingin belajar menulis artikel dengan baik sekaligus menantang dirinya sendiri, datang dari pelosok dunia untuk masuk kampus.

Baca Juga: Lulusan Universitas Al-Ahif Yaman, Sebagian Besar Lulusan Adalah Anak Bangsa

Fahmi mengungkapkan, dirinya bekerja sejak Mei hingga Desember 2024 untuk menulis surat atas seluruh permohonan pendaftaran. Menyortir item secara otomatis.

Setiap hari, Fahmi menjelajahi internet untuk mencari informasi. Ia pun dengan berani bertanya kepada anggota keluarga atau temannya yang sudah mendaftar.

Baca juga: 10 kampus dengan reputasi global terbaik versi 2023, Harvard belum tersingkir

Hasil usahanya tidak akan kita pungkiri, Fahmi juga sudah mendapatkan Surat Kesepakatan. Fahmi menunjukkan, jika kita selalu bersungguh-sungguh dan mempunyai kebiasaan dalam melakukan sesuatu, maka kita akan mampu melakukannya dan menjadi kebiasaan.

Kenyataannya, Fahmi ingin diterima di kampus impiannya, yakni Departemen Linguistik MIT untuk revitalisasi bahasa-bahasa yang hampir punah di Amerika Serikat.

Ia mengatakan, kemungkinan ia tidak bisa mendapatkan LOA dari MIT karena kualifikasi akademiknya tidak memenuhi persyaratan kampus. Selain itu, pernyataan pribadi tersebut tidak sesuai dengan departemen atau penelitian di kampus.

Dari 53 LoA yang diterimanya, Fahmi akhirnya jatuh hati pada Australian National University.

“Alasan saya memilih ANU adalah karena saya tahu bahwa penelitian dan publikasi ANU mengenai studi Austria adalah yang terbaik di dunia,” kutip Schoters.

Fahmi mengukuhkan keinginannya menyelesaikan kuliah dengan mendirikan pusat dokumentasi di kampung halamannya karena tidak ingin masyarakat menjadi sejarah.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours