Fenomena “tech winter” bukan hanya terjadi di Indonesia

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Ketua Nexticorn Foundation Rudiantara mengungkapkan fenomena “technology winter” atau menurunnya investasi di sektor teknologi, termasuk sektor startup, tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di seluruh dunia.

Di negara tetangga seperti Vietnam, pendanaan untuk sektor teknologi juga akan turun sebesar 50 persen pada paruh pertama tahun 2024.

“Bukan hanya Indonesia, ini musim dingin teknologi, saya katakan Vietnam adalah negara tetangga yang paling kompetitif di seluruh dunia,” kata Rudiantara dalam konferensi pers di Departemen Komunikasi dan Informatika Jakarta, Selasa.

Namun, prospek masa depannya positif, dengan 15 unicorn dan beberapa startup seperti Amartha berpartisipasi dalam program Nexticorn.

Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menjelaskan perbedaan investor lama dan investor lama. Di masa lalu, investor lebih fokus pada pertumbuhan dan sering kali berinvestasi dalam bentuk uang tunai, diskon, dan pengiriman gratis.

Fokusnya sekarang adalah pada profitabilitas, EBITDA positif (laba sebelum pajak, depresiasi dan amortisasi) dan arus kas yang stabil.

Hal ini diharapkan dapat memperkuat sektor start-up di Indonesia dengan mendorong mereka menjadi lebih efisien dan menguntungkan.

“Bedanya sekarang dari sudut pandang investor, dulu tabungannya fokus pada pertumbuhan, jadi dulu banyak. Jika Anda menggunakan pembayaran elektronik, Anda bisa mendapatkan diskon dan pengiriman gratis dengan pembelian Anda. Investor tidak bisa melakukan itu lagi, uangnya terbatas. “Uangnya ada, tapi tetap investasi,” ujarnya.

Di bidang investasi, terjadi transisi antara investasi awal dan investasi selanjutnya.

Untuk tahun 2024, investasi tahap “seed” turun dari Rp494,5 miliar menjadi Rp401,8 miliar.

Sementara itu, menurun dari Rp2,28 triliun pada tahap awal menjadi Rp1,74 triliun, dan investasi menurun signifikan dari Rp10,52 triliun menjadi Rp802,56 miliar pada periode terakhir.

Meskipun jumlah benih dan investasi awal lebih kecil, perusahaan ini menerima lebih banyak dukungan startup selama periode ini.

Dengan adanya pergeseran fokus investasi, diharapkan startup yang bertahan dan sukses akan lebih tangguh dan mampu beradaptasi dengan kondisi pasar yang lebih menantang.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengumumkan ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara akan mencapai Rp15,453 triliun pada tahun 2030, dengan Indonesia menyumbang 36 persen dari jumlah tersebut.

“Pada tahun 2030, ekonomi digital di Asia Tenggara akan bernilai US$1 triliun dan kita akan mencapai 36 persen. “Pada tahun 2030, ekonomi digital bisa bernilai 360 miliar dolar AS,” kata Budi Ari, Menteri Komunikasi dan Informatika.

Menurut Budi, faktor kunci yang dapat mempengaruhi pencapaian indikator tersebut adalah digitalisasi yang menumbuhkan kreativitas dan inovasi, terutama dalam pengembangan inisiatif produktif.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours