Flashy manfaatkan digitalisasi untuk tangkap peluang ekspansi

Estimated read time 3 min read

Bandung (ANTARA) – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKM) pemilik merek fesyen Flashy mampu memanfaatkan digitalisasi untuk melanggengkan peluang ekspansi usaha.

Dikenal di generasi 90-an sebagai brand tas tangan dengan harga terjangkau, Flashy kini menjelma menjadi brand fashion yang menawarkan beragam produk.

Pendiri Flashy, Windy Vulandry mengatakan, digitalisasi mulai diterapkan dalam aktivitas bisnisnya pada tahun 2019.

Digitalisasi memungkinkan brand asal Kota Bandung ini memanfaatkan peluang bisnis baru dan menjangkau pasar yang lebih luas.

Kini konsumen produk Flashy tidak hanya terbatas di kota Bandung saja. Produk mereka telah menjangkau konsumen di wilayah lain di Indonesia dan negara tetangga, Malaysia.

“Sekarang sudah banyak marketplace seperti Tokopedia, dengan Flashy ini bisa dijual ke seluruh Indonesia. Terakhir ada pelanggan dari luar negeri, seperti Malaysia, jadi bisa membelinya,” kata Windy di toko Flashy di Bandung. Kota, Provinsi Jawa Barat, Kamis (13 Juni).

Gerai mencolok di Jalan Dipati Ukur No 1, Bandung, Jawa Barat, Kamis (13/06/2024). (ANTARA/Livia Cristianti)

Selain Tokopedia, kata Windy, pihaknya memanfaatkan ShopTokopedia untuk memperluas jangkauan pemasaran secara online.

Untuk mengoptimalkan upaya pengembangan bisnisnya, Flashy memasarkan produknya di luar toko online.

Windy mengatakan, kini timnya mulai memanfaatkan konten audiovisual dalam upaya pemasaran. Flashy berusaha menjangkau generasi muda dengan konten-konten menarik yang umumnya mengikuti perkembangan teknologi.

“Contohnya kita membuat konten tebak-tebakan, ada yang memakai produk kita, seperti jaket parasut, tapi orang yang salah menebak itu kebanjiran air. Jadi kandungan ini secara tidak langsung membantu kita untuk menunjukkan kualitas produk kita jika tahan air. Ini cara softselling yang baru,” jelasnya.

Cara ini terbukti membantu meningkatkan penjualan produk Flashy secara online dengan mendukung fitur dan kampanye belanja online dari Tokopedia dan ShopTokopedia.

Sekitar 40 persen transaksi penjualan produk online Flashy saat ini berasal dari kedua platform layanan belanja tersebut.

Produk tas flashy berbahan parasut di toko Flashy Bandung, Jawa Barat, Kamis (13 Juni 2024). (ANTARA/Livia Cristianti)

Selain beradaptasi dengan perkembangan teknologi, Windy mengatakan, kunci lain kesuksesan Flashy dalam mencoba bertahan di bisnis adalah menjaga fitur produk.

Hingga usianya yang ke-26 di tahun 2024, Flashy berupaya mengembangkan produk sesuai tren dan kebutuhan pelanggan, dengan tetap menjaga orisinalitas.

Berdasarkan rekomendasi pelanggan, Flashy telah memperluas jangkauan produknya. Awalnya merek tersebut hanya memproduksi tas, namun kemudian juga produk fashion lainnya, termasuk T-shirt dan jaket.

Meski demikian, kata Windy, bahan parasut tetap digunakan pada produk Flashy untuk menjaga keasliannya.

Pada Kamis (13 Juni 2024), produk tas tangan merek Flashy dipamerkan di toko Flashy di Bandung, Jawa Barat, dengan ciri khas terbuat dari parasut yang bahan bakunya berasal dari kota Bandung. (ANTARA/Livia Cristianti)

Flashy tetap mempertahankan penggunaan bahan parasut asal kota bandung untuk menjaga keunikan produknya.

Menurut Winda, bahan baku produk Flashy bersumber dari pusat kota Bandung, seperti Jalan Tamim, Jalan Otto Iskandardinata, dan Jalan Tsigondevah.

Pengerjaan produk Flashy juga masih dipercayakan kepada penjahit Bandung.

“Jadi produk bisa terus berkembang mengikuti tren terkini, namun ciri khas Flashy harus tetap dipertahankan untuk menjamin keunikannya dan pada akhirnya bisnis terus berkembang,” kata Windy.

Dimulai saat krisis mata uang dengan modal Rp 500.000, Flashy telah berkembang menjadi bisnis dengan omzet hingga Rp 5 miliar per tahun berkat kepiawaiannya memanfaatkan peluang yang ada di era digital.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours