Gaji Guru Honorer di Indonesia, Upah di Bawah Rp500 Ribu hingga Terjerat Pinjol

Estimated read time 3 min read

Hilangnya guru-guru terhormat di Indonesia merupakan sebuah rekor yang terus berlanjut di dunia pendidikan. Sering terdengar gaji yang sangat rendah dan tidak sesuai dengan pekerjaan. Jelas, kiprahnya sebagai pelatih penuh waktu diharapkan bisa menjadi secercah harapan bagi pahlawan tak terduga ini.

Peningkatan keunggulan pengajaran di negeri ini perlu mendapat pengakuan dari pemerintah. Hingga saat ini, proses penerbitan sertifikat guru dan kelengkapan guru honorer masih terus berjalan.

Guru honorer kini juga prihatin dengan rencana pemerintah menerapkan program Whole House atau Tapera. Para guru yang mata pencahariannya masih rendah, bahkan mereka yang bekerja dengan gaji di bawah upah minimum, sepakat bahwa pemotongan gaji ini sulit dilakukan.

Hampir semua guru terhormat berada jauh dalam kehidupan. Harga yang didapat sangat murah, belum lagi situs 3T yang kebanyakan tidak worth it.

Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) Research Institute dan GREAT Edunesia Dompet Dhuafa memaparkan hasil survei kesejahteraan guru Indonesia yang dilakukan pada minggu pertama Mei 2024. Survei tersebut menemukan 74 persen honorer atau Guru honorer di Indonesia berpendapatan kurang dari Rp2 juta per bulan yaitu 20,5 persen dari mereka yang menerima kurang dari Rp500 ribu.

“Tentu saja, bahkan di tempat yang biaya hidupnya sangat rendah, para guru, terutama yang terhormat, harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka,” kata peneliti IDAS Muhammad Anwar.

Jika dibandingkan, gaji guru terhormat di India masih berada di bawah gaji minimum Upah Minimum Kabupaten-Kota (UMK) tahun 2024 di Indonesia yakni Kabupaten Banjarnegara dan UMK sebesar Rp 2.038.005.

Anwar melanjutkan survei dilakukan secara online terhadap 403 responden guru di 25 provinsi dan 291 responden dari Pulau Jawa dan 112 orang dari luar Pulau Jawa. Responden survei adalah guru PNS sebanyak 123 orang, guru tetap sebanyak 118 orang, guru honorer sebanyak 117 orang, dan guru PPPK sebanyak 45 orang.

Sedangkan jika dilihat dari seluruh responden, kecuali guru terhormat, hasilnya 42 persen guru menerima kurang dari Rp 2 juta per bulan, 13 persen di antaranya menerima kurang dari Rp 500 ribu per bulan.

Selain itu, Anwar menjelaskan hasil pemeriksaannya. Berdasarkan rasio tanggungan 3 anggota keluarga, diperoleh hasil 89 persen guru merasa penghasilannya cukup atau kurang untuk menghidupi dirinya sendiri. Hanya 11 persen yang menyatakan cukup, dan ada pula yang menyatakan cukup.

Dengan kondisi tersebut, Anwar mengatakan guru mempunyai banyak pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satunya adalah pekerjaan sampingan selain menjadi guru.

Pekerjaan sampingan guru yang paling banyak diminati adalah bimbingan belajar atau les privat sebanyak 39,1 persen. Perdagangan sebesar 29,3 persen; pertanian 12,8 persen; pekerja 4,4 persen; Pembuat konten 4 persen, dan pengendara internet 3,1 persen.

“Dalam survei ini terlihat 55,8 persen guru memiliki penghasilan tambahan dari pekerjaan lain. Namun meski penghasilan tambahan tersebut tidak terlalu tinggi, namun sebagian besar guru memiliki penghasilan sampingan tersebut dan berpenghasilan kurang dari Rp500 ribu,” ujarnya. melanjutkan.

Tak hanya itu, karena minimnya penghasilan dari pekerjaan utama sebagai guru dan pekerjaan lain dari pekerjaan sampingan, maka berhutang menjadi salah satu cara untuk membiayai kebutuhan hidup.

Survei ini menunjukkan 79,8 persen guru mengaku mempunyai utang. Ketika terdesak waktu, 56,5 persen guru mengaku membeli atau menjual barang-barang berharga miliknya.

Aset yang dijaminkan antara lain emas perhiasan (38,5 persen), BPKB mobil (14 persen), surat berharga rumah/tanah (13 persen), sepeda motor (11,4 persen), emas pernikahan (4,3 persen) dan undang-undang kompensasi pekerja (3,9 persen). ). ).

Para guru mengaku 52,6 persen meminjam uang ke bank/BPR, 19,3 persen dari keluarga atau kerabat, 13,7 persen dari lembaga simpan pinjam, 8,7 persen dari teman, tetangga, dan 5,2 persen dari dana-pinjaman online.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours