Gastronomi Jadi Jalan Diplomasi Mantan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia

Estimated read time 5 min read

JAKARTA – Seni memasak hidangan lezat atau gastronomi banyak digunakan oleh para kepala negara, presiden, wakil presiden, dan pejabat pemerintah, termasuk di Indonesia, untuk melakukan diplomasi budaya dan politik dengan negara lain. Digunakan sebagai metode yang efektif.

Hal tersebut diungkapkan Komunitas Gastronomi Indonesia (IGC) dalam talkshow “Mengungkap Gastronomi Istana Negara Republik Indonesia dari Masa ke Masa”, berbagi pengalaman beberapa anak bahkan cucu mantan presiden.

Acara tersebut dihadiri oleh Proklamator RI dan keluarga Presiden yang berbagi cerita mengenai kebiasaan makan mantan Presiden RI selama bertugas di Istana Negara. Kebiasaan gastronomi sering dijadikan simbol diplomasi budaya dan politik Indonesia ketika menjalin hubungan bilateral dengan negara lain.

Baca juga: Indonesia dan Gastronomi

Diantaranya Jemala Rabia Hatta, Puti Pramathana Puspa Seruni Ponderianagari Guntur Sukarno Putri, Nadia Habibie dan Inya Wulandri Wahid, semuanya merupakan keturunan langsung presiden Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut, Puti Pramathana Puspa Seruni Ponderianagari Guntur Sukarno Putri, cucu Presiden pertama RI Sukarno, mengatakan Bung Karno sangat menyukai makanan tradisional Indonesia.

“Kakek saya (Bang Karno) sangat menyukai sayur lodeh, tempe bosok, nasi, telur, kecap, dan buah-buahan seperti mangga dan sawo. “Pisel juga salah satu masakan favoritnya, selain bumbunya yang harus diambil langsung dari Blitar,” kata Puti, Sabtu (17 Agustus 2024).

Bahkan pada Kongres Asia Afrika, Bung Karno terlibat langsung dalam memastikan makanan yang disajikan bukan makanan Barat. Pastikan untuk mencoba buah-buahan Jawa Barat dan lokal Indonesia. Puti menambahkan, Bung Karno sangat prihatin dengan kedaulatan pangan Indonesia.

“Cita-cita Bang Karno adalah Indonesia mempunyai kedaulatan pangan atas berbagai jenis pangan yang kita miliki. “Bang Karno melakukan diplomasi melalui jalur budaya, salah satunya makanan khas Indonesia,” lanjut putri kandung Guntur Sukarnoputra itu.

Nadia Habibie, cucu Presiden ketiga RI BJ Habibie bercerita tentang masakan yang menjadi makanan favorit kakeknya. Nadia mengatakan, BJ Habibi sangat menyukai makanan yang asin dan pahit, seperti ikan asin dan olahan pare. Pasalnya, kakeknya lahir dan besar di Sulawesi Utara, yang menurut Nadia sangat mempengaruhi cita rasa makanan kakeknya.

“Kakek Habibi lebih menyukai rasa asin dan pahit. Karena dia dibesarkan oleh orang tuanya yang aslinya tinggal di Sulawesi, dan latar belakangnya yang sederhana menyiapkan banyak makanan, seperti ikan asin yang menjadi makanan favoritnya,” kata Nadia.

Wanita lulusan Universitas Chicago ini mengaku sangat menyukai ikan asin sehingga Habibi Manado suka mengaduk ikan asin sambil makan bubur. Selain itu, Nadia juga mengungkapkan, setiap kali Habibi dan Ainun makan di Wisma, selalu dihidangkan tahu asin dan tempe.

“Selain asin, nenek saya juga suka dengan rasa pahit. “Kakek suka sekali makan pare, dan di Wisma Habibi dan Ainun, kakek sangat suka membuat kerupuk dari bahan pare yang sedikit gosong dan rasanya pahit,” jelas Nadya.

Seperti kebanyakan orang Indonesia, Nadia mengatakan Habibie juga menyukai sambal, dan sambal favorit Habibie adalah sambal yang diolah oleh Bu Satya ART di kediamannya dan sering dihidangkan untuk menjamu tamu kepala negara lainnya.

“Dan juga Kakek suka dengan sambal khas Bu Satya yang banyak menggunakan jeruk nipis. Kenapa jeruk nipis karena memberi rasa segar. Nadya berkata: “Dan ini dengan obat kumur – ini berfungsi sebagai tambahan pada masakan agar lebih kenyang.” dan Dadaji juga menggunakan sajian ini untuk menjamu tamu kepala negara lain,” kata Nadya.

Inaya Wahid, putri Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini punya banyak cerita menarik tentang kecintaan ayahnya terhadap makanan. Ia dengan lantang mengatakan bahwa hobi Gus Dur adalah makanan. Tak hanya itu, kata Inaya, ayahnya banyak mengetahui sejarah makanan. Dia tidak hanya mengatakan makanan itu baik atau buruk.

“Saya sedang menuliskan tempat makan favorit Gus Dur. Ternyata jumlahnya banyak sekali. “Data mengenai makanan enak, khususnya jajanan kaki lima, cukup lengkap,” kata Inya.

Di antara berbagai masakan favorit Gus Dur, masakan Jawa Timur lah yang menjadi favoritnya. Ia disebut-sebut sangat menyukai masakan lezat seperti Rujak Singur, Olahan Kikil, dan Lontong Kupang.

Menurut putri Sukarno dan Nadia Habibi, putri bungsu Gus Dura ini mengatakan, keahlian kuliner kuliner yang dimiliki ayahnya dimanfaatkan untuk menyambut tamu dari negara lain yang menyajikan masakan tradisional, khususnya masakan Jawa Timur.

“Saya setuju bahwa makanan adalah sumber kekuatan bagi tubuh, dan saya juga yakin bahwa negara tidak jauh berbeda dengan tubuh. Jika tubuh kuat, maka diperlukan kedaulatan pangan yang pada hakikatnya merupakan jati diri negara. Dan di tengah permasalahan yang ada saat ini, dunia sudah mengalami krisis pangan, krisis iklim yang “terjadi di banyak negara di dunia. . Indonesia membutuhkan ketahanan pangan dan kami berharap kita semua mempunyai cukup makanan. Sumber daya yang menjadi kekuatan besar negara,” jelasnya.

Ketua IGC Jenderal Riya Musiawan mengatakan, acara tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai gastronomi yang menjadi keseharian para mantan presiden di Istana Negara.

“Melalui talkshow ini, IGC berharap dapat menunjukkan kecintaan para mantan presiden terhadap kuliner Indonesia, serta menjadi bagian dari upaya Indonesia membangun nation brand melalui diplomasi kuliner,” kata Ria.

Acara yang digelar di Pendopo Lounge Hotel Borobudur ini dimoderatori oleh Ray Basarovi yang juga Sekretaris Jenderal IGC. Selain itu, Batik Chik juga turut serta dalam acara ini bekerja sama dengan organisasi IGC Young Generation yang menambahkan budaya Indonesia pada talkshow ini.

Dengan hadirnya para keturunan mantan Presiden RI tersebut, talkshow ini menjadi momen penting untuk mengenang dan mengapresiasi kecintaan pemimpin negara terhadap kekayaan kuliner Indonesia, sekaligus memperkuat upaya diplomasi budaya melalui gastronomi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours