Geger Anak-Anak Cuci Darah di RSCM, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Estimated read time 4 min read

dlbrw.com, JAKARTA – RS Cipto Mangunkusumo merespons viralnya video banyak anak yang menjalani cuci darah. Dokter spesialis anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Eka Laksmi Hidayati mengatakan, banyaknya anak yang menerima cuci darah karena RSCM merupakan rumah sakit rujukan yang menerima pasien dari luar Pulau Jawa.

Katanya, saat ini ada sekitar 60 anak yang menjalani cuci darah rutin, 30 anak di antaranya menjalani hemodialisis, karena mereka melihat sudah ada yang bisa mengirim sehingga banyak juga yang mengirim. Dan hal ini membuat Kementerian Kesehatan bahwa pelayanan terhadap ginjal anak harus diberikan, dan ini sedang dilakukan,” ujarnya, Kamis (25/7/2024).

Secara umum, lanjutnya, kasus penyakit ginjal pada anak tidak banyak sehingga banyak dokter ahli nefrologi anak. Oleh karena itu, kata dia, di tingkat provinsi, seharusnya ada layanan cuci darah untuk lansia, tapi tidak untuk anak-anak.

Eka mengatakan sentralisasi yang efektif dan efisien sebaiknya dilakukan di rumah sakit rujukan misalnya RSCM. “Ya kita tidak mau hanya di RSCM saja, tapi sudah bisa di banyak provinsi, sekarang kita ekspansi ke provinsi yang saat ini belum ada dokter spesialis nefrologi anak,” kata Eka.

Sekaligus menjelaskan, gangguan ginjal pada anak berbeda dengan gangguan ginjal pada orang dewasa. Kasus yang paling umum, kata dia, adalah cacat lahir.

“Kelainan bawaan bisa berupa kelainan jenis ginjal atau kelainan fungsi saat lahir. Mekanisme paling umum adalah sindrom nekrotik kongenital,” ujarnya.

Ia menjelaskan, sindrom nekrotik biasanya tidak menyebabkan gagal ginjal. Namun bila terjadi di dalam kandungan, maka saat lahir akan timbul gejala yang biasanya menyebabkan gagal ginjal. Masalah lainnya, kata dia, adalah ginjal polikistik, yaitu ginjal yang banyak kistanya, kemudian tertutup, atau ginjalnya hanya satu.

Apa itu hemodialisis?

Laporan Klinik Cleveland, Jumat (26/7/2024), Hemodialisis adalah prosedur medis yang digunakan untuk membuang limbah dan kelebihan cairan dari darah ketika ginjal tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik. Hemodialisis membantu memulihkan fungsi ginjal dengan membuang limbah dan mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, meskipun tidak sepenuhnya menggantikan seluruh fungsi ginjal.

Hemodialisis biasanya dilakukan pada pasien dengan penyakit ginjal kronis, suatu kondisi dimana fungsi ginjal menurun secara bertahap dan permanen. Lalu ada gagal ginjal, dimana pasien mengalami kegagalan fungsi ginjal secara tiba-tiba namun terkadang dapat disembuhkan.

Selain itu, hemodialisis juga akan dilakukan pada penderita ginjal polikistik atau nefropati diabetik yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Hemodialisis pada anak dilakukan dengan cara yang sama seperti pada orang dewasa, namun dengan pertimbangan khusus mengenai ukuran tubuh anak, kebutuhan medis, dan kondisi mental.

Proses hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah bayi melalui filter khusus ke mesin dialisis yang disebut dialiser. Dialyzer bekerja seperti ginjal buatan yang membuang limbah dan cairan dari darah. Darah bersih dikembalikan ke tubuh anak.

Hemodialisis biasanya memakan waktu sekitar 3 hingga 5 jam dan dilakukan beberapa kali dalam seminggu, tergantung kesehatan anak dan seberapa baik fungsi ginjalnya. Sebelum melakukan hemodialisis, dokter akan membuat akses vaskular pada anak, biasanya dengan fistula arteriovenosa atau kateter vena sentral. Jalur inilah yang akan digunakan untuk menghubungkan darah bayi ke mesin dialisis.

Seperti prosedur medis lainnya, hemodialisis dapat menimbulkan efek samping seperti tekanan darah rendah atau hipotensi, kelelahan, kram otot, mual, atau infeksi pada area akses pembuluh darah. Anak-anak yang menjalani hemodialisis seringkali memerlukan perawatan khusus di rumah, termasuk pengendalian pola makan yang ketat, pembatasan cairan, dan pemantauan tanda-tanda infeksi atau masalah lainnya.

Proses pengobatan hemodialisis mempunyai banyak tantangan bagi anak. Misalnya, hemodialisis jangka panjang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, sehingga pemantauan dan dukungan nutrisi yang tepat sangatlah penting.

Selain itu, anak-anak mungkin memerlukan dukungan emosional dan psikologis, dengan pemberian prosedur medis yang sering dan jangka panjang. Keterlibatan dan konseling orang tua dapat membantu. Penting juga untuk menjaga keseimbangan antara perawatan medis dan aktivitas sehari-hari anak, seperti sekolah dan bermain, untuk mendukung kualitas hidup yang baik.

 

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours