Gejala hepatitis pada anak tak selalu bermata kuning  

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Anggota UKK Gastrohepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Rachmat Ade Yudiyanto, M.Ked(Ped), Sp.A(K) mengatakan sebaiknya orang tua mengenali gejala awal hepatitis pada anak agar dampaknya tidak menjadi kronis dan berdampak jangka panjang.

Ia menegaskan, gejala hepatitis pada anak tidak selalu muncul dengan mata kuning, melainkan diawali dengan gejala mirip flu atau flu-like syndrome.

“Gejala awal hepatitis belum tentu membuat mata anak langsung menguning. Jika kita berbicara tentang gejala awal, terutama penyakit hepatitis yang disebabkan oleh infeksi yaitu (hepatitis) A, B, C, gejala yang muncul mirip dengan penyakit flu. Gejala, yaitu yaitu demam, mual, muntah, sehingga kadang orang “orang tua yang melihat kadang lupa memeriksa anaknya karena tidak tahu,” kata dr Rachmat dalam diskusi online yang diselenggarakan IDAI, Selasa.

Menurut dokter bermarga Ade, gejala mirip flu itu bisa bertahan hingga lima hari sebagai tahap awal inkubasi virus dan petugas kesehatan meminta dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Adapun gejala perubahan warna kulit atau mata menguning pada anak, kata Ade, merupakan tanda penyakit hepatitis yang diderita anak sudah memasuki stadium lanjut.

Hepatitis fase lanjut juga dapat dilihat dari perubahan warna urine dan feses anak yang berbeda dengan warna anak sehat.

Anak-anak dengan hepatitis stadium lanjut mungkin mengalami perubahan warna urin dan tinja karena tersumbatnya saluran empedu, yang dalam istilah medis disebut kolestasis.

Pada fase lanjut ini, hal pertama yang harus diwaspadai adalah adanya perubahan warna urin, terutama urin menjadi coklat tua seperti teh, dan ketika tinja berubah menjadi pucat.

“Jika tidak ada warna kuning (pada mata anak), namun ada perubahan pada feses dan urine, orang tua juga harus mewaspadai. Tanyakan dan konfirmasi ke petugas medis apakah itu hepatitis. Fesesnya tidak berwarna kuning atau coklat, namun perlu dicek apakah anak tersebut mengidap hepatitis, benar atau tidak, warna urine sama, jika warna teh kental. , kamu harus hati-hati,” katanya.

Ade menjelaskan, saat mendiagnosis hepatitis, nantinya petugas medis atau dokter akan melakukan tes darah pasien untuk mengetahui adanya enzim SGPT (serum glutamate piruvat transaminase).

SGPT normal pada orang sehat adalah 7-56 mikrounit per liter, jika hasilnya melebihi batas tersebut dua kali atau lebih, besar kemungkinan pasien terkena hepatitis.

Jika hepatitis tidak diobati pada tahap awal, risiko pasien mungkin menjadi lebih serius karena hepatitis dapat menyebabkan sirosis hati atau gagal hati yang tidak dapat disembuhkan.

Hepatitis pada manusia dapat disebabkan oleh dua jenis penyebab: menular atau tidak menular. Infeksi biasanya disebabkan oleh virus, contohnya adalah hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C.

Sebaliknya, hepatitis non-infeksi biasanya disebabkan oleh tubuh yang mengonsumsi terlalu banyak obat atau terpapar racun.

Data Survei Kesehatan Indonesia (HHS) tahun 2023 yang dirilis Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi hepatitis pada semua kelompok umur di Indonesia sebesar 0,12 persen.

Penyakit ini dapat dicegah baik pada orang dewasa maupun anak-anak dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) atau dengan mendapatkan vaksin hepatitis.

Saat ini vaksinasi gratis yang ada di Indonesia adalah vaksin hepatitis B untuk anak-anak, sedangkan vaksin lain yaitu hepatitis A sudah tersedia namun dengan biaya penggantian di klinik kesehatan yang menyediakan layanan vaksinasi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours