Gejala kanker paru yang perlu diwaspadai dan perlu deteksi dini

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Dokter paru dan kedokteran pernafasan RSUD Pasar Minggu, dr. Ririen Razika Ramdhani MARS Sp.P.FAPSR FISR mengatakan kanker paru memiliki beberapa gejala dan memerlukan deteksi dini.

Jika tumor mengenai selaput lendir paru-paru, gejala yang dapat dirasakan, yang pertama adalah batuk dan sesak napas yang tidak dapat dipastikan sebagai penyebab penyakit lain.

“Karena tumor menyerang saluran napas. Jika tumor cukup besar, atau cairan terkumpul di rongga dada, dan tumor menyebar ke area atau bagian lain paru-paru, maka penderita akan mengalami sesak napas. “, ujarnya dalam laporan kesehatannya. Diskusi dengan RS Pasar Minggu yang dikunjungi di Jakarta pada Rabu.

Selain batuk dan mengi, kanker paru juga bisa dideteksi jika seseorang batuk darah. Pasalnya, tumor sudah terletak di daerah pusat pernapasan atau di tengah paru-paru sehingga menimbulkan rongga yang dapat merusak pembuluh darah di paru-paru.

Menurut dokter lulusan Universitas Indonesia ini, gejala lain yang sering dikeluhkan pasien adalah nyeri dada saat pembengkakan menekan saraf dan pembuluh darah.

Yang penting, kita juga perlu mewaspadai pembengkakan pada wajah dan tangan, yang bisa jadi disebabkan oleh tumor yang lebih besar yang menekan pembuluh darah, lanjut Ririen.

Menurut Ririen, sebagian besar pasien di Indonesia mengidap tumor sehingga pengobatannya lebih sulit dibandingkan deteksi dini.

Ia juga mengatakan, data rumah sakit yang menangani kanker paru-paru dan payudara menunjukkan bahwa 92 persen kasus kanker paru-paru terjadi pada orang berusia antara 40 dan 60 tahun, yang sebagian besar adalah laki-laki.

Deteksi dini dan deteksi gejala kanker paru sangat penting dilakukan melalui identifikasi diri dan pengendalian risiko yang dapat dicegah seperti menghindari rokok, paparan polusi, dan paparan asbes.

“Kami berupaya menurunkan jumlah kasus baru kanker paru dengan berfokus pada faktor risiko, terutama faktor risiko yang dapat dikendalikan, dan melakukan tindakan pencegahan,” ujarnya sambil tertawa.

1 Peningkatan angka harapan hidup perlu dilakukan upaya melalui program skrining dan program skrining dengan pemeriksaan lanjutan, misalnya CT dosis rendah, bagi mereka yang pernah atau pernah terpapar faktor risiko.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours