Gelar Doktor Bahlil Lahadalia Ditempuh Kurang 2 tahun, Ini Penjelasan UI

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia resmi menerima gelar sarjana dari Sekolah Kajian Strategis dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI). Namun, gelar PhD-nya ditampilkan di X (sebelumnya Twitter).

Seperti disinggung sebelumnya, netizen di X mempertanyakan gelar sarjana Bahlil yang didapatnya dalam waktu kurang dari 2 tahun. Apalagi studi doktoralnya biasanya selesai dalam waktu 3 tahun.

Baca Juga: Dr Bahlil Diangkat ke UI Kurang dari 2 Tahun, Netizen: Cetak Sejarah

Kepala Humas dan Informasi (KIP) UI, Amelita Lucia menjelaskan, Bahlil terdaftar sebagai mahasiswa SKSG UI tahun 2022 dan sedang melakukan penelitian.

“Pak Behlil terdaftar sebagai mahasiswa S3 di SKSG UI mulai tahun ajaran 2022/2023 tahun ajaran 2 sampai dengan tahun ajaran 2024/2025 term 1 jalur penelitian,” ujarnya saat dikonfirmasi Sindh News, Rabu (16/10/2024). .

Amelita menjelaskan, masa penelitian bagi mahasiswa program doktor sesuai dengan keputusan nomor 016 tahun 2026 tentang penyelenggaraan program doktor di UI.

Baca juga: Prabowo Sebut Bahlil, Minta Kedaulatan Indonesia Diurus

“Pasal 14 disebutkan bahwa program doktor dirancang untuk 6 (enam) semester, dan dapat diambil dalam waktu paling sedikit 4 (empat) dan paling sedikit 10 (sepuluh)” jelasnya.

Disertasi oleh Bahlil Lahadalia

Sementara itu, menurut siaran persnya, Bahlil berhasil memperoleh gelar tersebut setelah mempertahankan tesisnya tentang “Politik, Kelembagaan dan Manajemen Pertambangan Nikel yang Adil dan Berkelanjutan di Indonesia”. Promosi tersebut diadakan di Makara Art Center (MAC) UI.

Baca juga: Bocor: Siapa Menteri Perekonomian Kabinet Prabowo-Jabran? Bahlil mengatakan, penampilannya masih terlihat tua

Dipimpin oleh Prof. Prof. Dr. Mann Kitut Sergeya. Dr. Chandra Vijaya sebagai fasilitator, dan Dr. Teguh Dartanto, dan Athor Subroto, sebagai mitra.

Tim investigasi termasuk para ahli seperti Dr. Margaretha Hanita, Prof. Dr. A.Hanif Sahib Ghafoor, Profesor. Didak Junadi Rachbini, Prof. Dr. Arif Satara dan Prof. Dr. Kosuke Mizon.

Makalah Bahlil menyoroti pentingnya reformasi kebijakan dumping nikel di Indonesia untuk menciptakan stabilitas dan keberlanjutan bagi masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah daerah.

Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa hilirisasi memberikan dampak positif terutama bagi pemerintah pusat dan investor melalui peningkatan produk domestik bruto (PDRB), investasi – uang, dan ekspor. Namun ia juga menyebutkan empat permasalahan utama yang perlu segera diselesaikan.

Baca juga: Profil Deh Roro Estey, Diangkat Menjadi Anggota Kabinet Prabowo, Lulus 3 Kampus Terbaik Dunia

“Pemerintah belum menerima transfer uang yang adil untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sosial dan lingkungan di wilayah tersebut. Pelaku usaha di wilayah ini belum sepenuhnya terlibat dalam lingkungan bawah, namun lingkungan bawah masih didominasi oleh investor asing. Kawasan belum memiliki rencana stabilisasi jangka panjang yang akan mempengaruhi stabilitas di masa depan,” kata Bahlil.

Bahlil mengusulkan empat kebijakan utama untuk mengatasi tantangan tersebut. Pertama, reformasi pembagian keuntungan terkait dengan gerakan ke bawah agar adil bagi pemerintah daerah. Kedua, memperkuat kebijakan kerjasama dengan pengusaha daerah untuk menambah nilai lokal.

Baca Juga: Profil Cristina Ariani, Alumni Magister Hukum UI Calon Wakil Menteri di Kabinet Prabowo

Ketiga, penyediaan pendanaan jangka panjang bagi perusahaan nasional yang bergerak di sektor yang mengalami penurunan. Terakhir, investor mempunyai kewajiban stabilisasi jangka panjang untuk menjamin stabilitas ketika cadangan minyak habis.

Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya membentuk “satgas” yang mempunyai tanggung jawab Presiden, untuk mengkoordinasikan kebijakan tingkat paling bawah antara pemerintah dan pengusaha, dan direkomendasikan untuk memperkuat sistem manajemen yang membawa hasil nyata. . terapkan ketentuannya, dan ulangi. dan metode eksperimental.

“Saya berharap hasil penelitian ini dapat memberikan pemikiran kepada pemerintah Indonesia atau pemangku kepentingan lainnya yang terlibat dalam kebijakan pengelolaan sumber daya alam dengan memperkuat kelembagaan dan manajemen untuk mendukung industri sumber daya alam yang adil dan berkelanjutan,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours