Gelombang Kebangkrutan Hantam Inggris, 2.361 Perusahaan Lenyap dalam Sekejap

Estimated read time 2 min read

Jakarta – Kebangkrutan di Inggris dan Wales mencapai rekor tertinggi tahun lalu. Banyak perusahaan yang tutup karena kenaikan suku bunga sehingga membebani anggaran perusahaan.

Menurut laporan UK Insolvency Service, 2,361 perusahaan bangkrut pada bulan lalu, meningkat 17% dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Ini merupakan angka terbesar sejak Mei 2023 dan ketiga sejak tahun 2000

Antara 20 Januari dan 2024, 1.700 perusahaan bangkrut, dengan sektor konstruksi paling terpukul akibat penurunan sektor perumahan. Industri perdagangan, termasuk perdagangan eceran dan grosir, layanan akomodasi dan katering, restoran dan bar, terkena dampak penurunan permintaan konsumen, dengan hampir 3.000 perusahaan mengajukan kebangkrutan.

“Biaya pinjaman yang tinggi dan kenaikan upah merupakan kekhawatiran utama bagi pemilik bisnis,” Mark Superstone, Managing Partner di Resolve, sebuah perusahaan penasihat dan restrukturisasi bisnis, mengatakan kepada Bloomberg.

Baca juga: Tren PHK di ASEAN Meningkat, Memaksa Pemerintah Respons

Suku bunga pada tingkat yang belum pernah terjadi di Inggris selama lebih dari satu dekade telah meningkatkan biaya pinjaman, sementara inflasi yang tinggi, lemahnya kepercayaan konsumen, dan meningkatnya biaya operasional berdampak buruk pada neraca perusahaan.

Mengutip Russia Today, Minggu (21/7/2024), Superstone mengatakan penurunan suku bunga saat ini kemungkinan besar tidak akan terjadi hingga akhir tahun ini, meski penurunan diperkirakan terjadi pada Agustus.

Kebangkrutan bisnis di Inggris telah meningkat sejak pemerintah Inggris mencabut langkah-langkah bantuan selama pandemi Covid-19 dan sekarang angkanya lebih tinggi dibandingkan tingkat yang tercatat sebelum pandemi, menurut sebuah laporan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours