Haji dan diplomasi penguatan moderasi beragama untuk dunia

Estimated read time 5 min read

Jakarta (ANTARA) – Haji sebagai rukun Islam kelima memiliki aspek yang sangat besar dan kompleks. Tak hanya ritual keagamaan, haji menjadi simbol persatuan dan solidaritas umat Islam di seluruh dunia. Setiap tahun, jutaan umat Islam berkumpul di Tanah Suci, melakukan doa-doa penuh makna.

Dari sudut pandang hubungan internasional, Haji berfungsi sebagai departemen yang menjembatani dialog antar peradaban, budaya, dan masyarakat yang berbeda. Di sini, umat Islam dari berbagai latar belakang bertemu dan bersatu, menciptakan lingkungan yang penuh pengertian dan toleransi. Haji adalah laboratorium nyata untuk menguji sejauh mana kita bisa menerima dan menghargai keberagaman di kalangan umat Islam.

Lebih dari itu, Haxhi juga menunjukkan konsep diplomasi di dunia. Kehadiran wisatawan dari berbagai negara membuka peluang penting bagi dialog antar budaya. Interaksi ini tidak hanya mempererat silaturahmi antar umat Islam lainnya, namun juga memberikan contoh nyata bagaimana prinsip kesopanan dan toleransi dapat diterapkan dalam kehidupan beragama.

Dalam konteks ini, Haxhi mengajarkan kita pentingnya hidup bersama secara harmonis, menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, ibadah haji menjadi alat untuk membangun jembatan perdamaian dan memperkuat ikatan persaudaraan internasional berdasarkan pemahaman dan penghormatan terhadap keberagaman.

Ziarah dan Jejak Diplomasi Indonesia

Artikel itu berjudul The First R.I. Misi Haji yang dimuat di surat kabar Patria (1968) menyebutkan bahwa setelah memperoleh kemerdekaan, pelaksanaan ibadah haji oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1948 tidak hanya sekedar rangkaian perjalanan haji saja, tetapi juga mempunyai tujuan transportasi. misi diplomatik, untuk menarik simpati terhadap perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.

Rombongan dakwah haji yang terdiri dari KH Mohammad Adnan (Ketua) dan Saleh Su’aidy (Sekretaris) telah banyak meraih manfaat, yakni mendekatkan negara-negara Arab dan dunia Islam pada perjuangan kemerdekaan NKRI dan jauhnya. . dari inisiatif yang diprakarsai oleh NICA dan kawan-kawan. Secara politis, kepergian dakwah haji ini menimbulkan simpati dari negara-negara Islam, sehingga baik secara de facto maupun de jure mengakui kedaulatan NKRI (Kusairi dan Islamil, 2023).

Sedangkan bagi Kerajaan Arab, jauh sebelum negaranya merdeka, Indonesia juga menghadapi situasi yang tidak jauh berbeda. Komite Hijaz yang dipimpin oleh KH Abdul Wahab Chasbullah menjadi peristiwa penting dalam diplomasi umat Islam Indonesia. Dibentuk pada tahun 1926, Komite Hijaz bertujuan untuk menyampaikan keinginan umat Islam Indonesia kepada Raja Ibnu Saud, khususnya mengenai undang-undang yang dapat merugikan kelompok Ahlussunnah wal Jamaah.

Kiai Wahab dengan kepiawaiannya dalam negosiasi dan lobi berhasil memimpin tim dalam beberapa kali pertemuan, khususnya mengenai kebebasan beragama dan perlindungan situs sejarah. Karya ini tidak hanya menunjukkan kepiawaian para wakil ulama Indonesia saat itu, namun juga komitmen kuat mereka terhadap pelestarian dan pemajuan tradisi keagamaan yang komprehensif. Kegiatan Dewan Hijaz menjadi inspirasi bagi kegiatan pemerintah Indonesia, salah satunya melalui Kementerian Agama dalam memperkuat kesetaraan umat beragama di tingkat internasional.

Indonesia-Saudi Hari Ini

Hubungan diplomatik Indonesia dan Arab Saudi saat ini berada pada masa keemasan. Buktinya, meningkatnya porsi haji jamaah Indonesia menunjukkan bahwa pemerintah Saudi menghormati Indonesia. Bahkan, jemaah haji asal Indonesia seringkali menjadi yang pertama menikmati layanan haji dari Kerajaan Arab Saudi.

Hal ini menunjukkan bagaimana Saudi berusaha menunjukkan kepada dunia bahwa mereka mendukung dan memperkuat Islam yang moderat dan inklusif. Hal ini juga tercermin dari tindakan Gubernur Madinah, Pangeran Faisal Bin Salman yang menyambut langsung kedatangan jamaah haji Indonesia di bandara Madinah. Pangeran Faisal juga mengatakan, jemaah haji Indonesia dikenal sangat rapi, tertib, dan disiplin. Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi 2016-2021 Agus Maftuh Abegebriel.

Kemitraan ini juga menunjukkan komitmen kedua negara untuk mempromosikan Islam moderat secara internasional. Arab Saudi dengan tahapan kegiatan haji yang berbeda-beda berupaya menyampaikan pesan bahwa Islam adalah agama yang disebut rahmetan lil’alamin (rahmat kepada seluruh makhluk).

Penghargaan yang diberikan kepada jemaah haji Indonesia tidak hanya menunjukkan hubungan bilateral yang kuat, namun juga menyoroti peran penting Indonesia sebagai salah satu negara mayoritas Muslim yang mengedepankan nilai-nilai moderat dan toleransi. Namun diplomasi haji antara Indonesia dan Arab Saudi sangat berguna dalam upaya internasional untuk memperkuat keseimbangan agama.

Moderasi beragama global

Indonesia diakui sebagai negara yang paling berpengalaman dalam memperkuat pemahaman dan pengamalan agama yang moderat. Pengalaman berabad-abad dalam mengelola dan melestarikan keberagaman agama dan budaya yang selaras dengan perdamaian menjadi bukti bahwa Indonesia pantas menyandang predikat tersebut.

Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 58 Tahun 2023 tentang Penguatan Kesetaraan Beragama, menciptakan prinsip penting untuk memperkuat budaya kesetaraan beragama di masyarakat.

Hal ini tidak hanya menjadi pedoman dalam negeri, namun juga menjadi contoh yang dapat diterima secara internasional. Penguatan standar keagamaan di tingkat internasional dapat dicapai melalui perilaku moderat yang ditunjukkan umat Islam Indonesia. Karakter umat Islam Indonesia yang terkenal dengan senyumnya, keramahannya, dan sikapnya yang santai merupakan simbol Islam yang damai dan toleran. Prinsip-prinsip seperti komitmen nasional, toleransi, non-kekerasan dan penerimaan budaya lokal menjadi inti diplomasi Indonesia di seluruh dunia.

Di negara kekuatan dunia yang sering diwarnai dengan perselisihan dan konflik, kesetaraan agama adalah cara utama yang dapat menyatukan umat Islam dari berbagai latar belakang. Indonesia, dengan pengalaman dan tradisi keseimbangan agama, dapat memainkan peran utama dalam upaya internasional untuk memperkuat persatuan dan solidaritas umat Islam. Keberhasilan Indonesia dalam mempromosikan Islam moderat juga dapat menginspirasi negara-negara lain yang menghadapi tantangan serupa.

Terlebih lagi, keseimbangan agama yang dibangun di Indonesia tidak hanya penting dalam konteks Islam, tetapi juga dalam konteks hubungan umat beragama. Dalam masyarakat yang majemuk dan beragam, moderasi beragama menjadi kunci terciptanya kehidupan harmonis dan damai.

Oleh karena itu, haji, dengan kepentingan dan kesejahteraan keagamaannya, menekankan perannya sebagai kekuatan politik untuk memperkuat standar keagamaan internasional. Acara tahunan ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga merupakan platform dialog global, tempat jutaan umat Islam dari berbagai negara bertemu, terhubung, dan berbagi pengalaman.

Kerja sama ini menciptakan jembatan yang memperkuat hubungan antar budaya dan masyarakat, mengedepankan prinsip-prinsip kesopanan, toleransi dan saling menghormati. Dengan Indonesia sebagai contoh cemerlang dalam praktik kerukunan umat beragama, ibadah haji merupakan simbol komitmen dunia terhadap kehidupan yang baik, memajukan budaya kemanusiaan, dan menciptakan dunia yang damai dan inklusif.

*) Ahmad Zayadi adalah Direktur Penerangan Islam Kementerian Agama Indonesia

*) Pandangan dan pendapat yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Kantor Berita ANTARA.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours