Harganas dinilai jadi momen tegaskan peran keluarga bagi lansia

Estimated read time 3 min read

Semarang (ANTARA) – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 29 Juni 2024 Hari Keluarga Nasional (Hargan) menjadi kesempatan untuk menyoroti peran keluarga dalam merawat lansia.

“Salah satunya adalah mengingatkan masyarakat betapa pentingnya keluarga bagi para lansia. Tentu lansia akan lebih nyaman berada di keluarga sendiri dibandingkan di panti jompo,” kata Nopian, Deputi Kesejahteraan Keluarga dan Penguatan Keluarga BKKBN. Andusti. ditemui di Semarang pada Selasa.

Pernyataan ini menanggapi pernyataan Menteri Sosial Tri Rismaharini pada 29 Mei 2024, yang menyatakan bahwa merawat lansia bukanlah budaya Indonesia, melainkan budaya luar.

Ia mengamini pernyataan Menteri Sosial Risma yang mengatakan bahwa merawat lansia di panti bukanlah budaya Indonesia karena memisahkan anggota keluarga dari kesatuan keluarga yang ada.

“Betul. Budaya menitipkan orang tua di panti asuhan itu bukan budaya kita. Kita makan atau tidak, kita senang atau sedih, pada dasarnya dalam setiap situasi adalah suatu kebahagiaan yang luar biasa bisa bertemu dengan keluarga,” kata Nopian.

Nopian juga mengatakan bahwa semua anggota keluarga pada akhirnya akan menua, sehingga anggota keluarga hendaknya memperlakukan orang tua sebagaimana anggota keluarga ingin diperlakukan ketika sudah tua.

“Kita semua menua seiring berjalannya waktu, itu tidak bisa dihindari. Makanya kita perlu memperlakukan lansia dan orang tua kita dengan baik,” ujarnya.

Data menunjukkan pada tahun 2022, akan ada sekitar 800 panti jompo di seluruh Indonesia yang mampu menampung hingga 25.000 lansia.

Jumlah ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia.

Persentase penduduk lanjut usia di Indonesia sebesar 10,48 persen dari total penduduk Indonesia pada tahun 2022 dan meningkat menjadi 11,75 persen pada tahun 2023.

Oleh karena itu, menurut Nopian, pihaknya kini mengembangkan program “Peduli Keluarga Lanjut Usia” agar keluarga dapat memahami cara merawat lansia.

“Keluarga yang merawat lansia adalah keluarga yang memang ada lansia yang tinggal di dalamnya. Jadi bagaimana cara merawat lansia di rumahnya, bagaimana mendampingi lansia di keluarganya. Itu yang kami lakukan,” kata Nopian.

Seiring berjalannya waktu, Bina Keluarga Lansia menjadi sekolah bagi lansia yang tidak bergantung (mandiri), memberikan pendidikan nonformal seumur hidup kepada lansia.

Menurut Nopian, melalui Sekolah Lanjut Usia, potensi para lansia akan kembali digali secara terukur, sehingga bagi mereka yang masih bisa produktif, pemerintah akan memberikan ruang bagi mereka untuk mengelola kinerjanya.

“Di sekolah lansia ini kami meneliti kemungkinan-kemungkinan yang ada pada lansia. Banyak lansia yang sebenarnya produktif. Mereka masih bisa berkontribusi dengan ilmunya. Mereka masih bisa berkontribusi dengan tenaganya, tapi karena tidak dapat ruang, mereka tidak punya kesempatan, mereka tertutup,” kata Nopian.

Distribusi sekolah

Saat ini terdapat 757 sekolah lansia di seluruh Indonesia, dengan 177 sekolah di Jawa Tengah memiliki jumlah sekolah lansia terbanyak.

“Sekarang yang terbentuk di seluruh Indonesia baru 757, dan 177 di Jawa Tengah, bayangkan, luar biasa. Jadi hampir 30 persennya ada di Jawa Tengah,” kata Nopian.

Harapannya pada tahun 2024 setiap kota atau kabupaten di Indonesia. akan menjadi sekolah untuk orang tua.

Namun kami berharap pada tahun ini kami dapat memiliki sekolah lansia di seluruh kabupaten perkotaan di Indonesia, dan kami berharap dapat memiliki satu kota, satu kabupaten, satu sekolah lansia di tahun-tahun mendatang, kata Nopian.

Namun Nopian juga mengakui sebaran 757 SMA yang ada belum merata di seluruh Indonesia.

“Kalau kita lihat jumlah kota di Indonesia ada 514. Tapi sudah berdiri 757 SMA. Namun sebarannya belum merata. Ada yang mendirikan tiga SMA, ada pula yang belum. Kita harapkan akan muncul SMA-SMA. ,” dia berkata. .

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours