Hizbullah Akui Komandan Drone Mohammad Srour Tewas Dirudal Israel

Estimated read time 2 min read

BEIRUT – Kepala komando drone dan rudal jelajah Hizbullah tewas dalam serangan Israel di Beirut. Kelompok militan yang berbasis di Lebanon membenarkan hal tersebut melalui postingan Telegram pada Jumat (27/9/2024).

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka membunuh Mohammad Srour, juga dikenal sebagai Abu Saleh, dalam serangan terhadap sebuah gedung apartemen di pinggiran selatan Beirut.

“Pesawat tempur menyerang Beirut dan membunuh Mohammad Hussein Srur,” kata IDF dalam sebuah X-post.

Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan bahwa “tiga roket” ditujukan ke “sebuah apartemen tempat tinggal di gedung sepuluh lantai.”

Dalam pembaruan Telegram pada hari Jumat, Hizbullah mengkonfirmasi pembunuhan Srour, 51 tahun, yang bergabung dengan kelompok tersebut pada tahun 1986 dan “memimpin operasi militer untuk Angkatan Udara Perlawanan Islam di front yang didukung Lebanon.”

Dia dilaporkan bertanggung jawab atas drone, rudal jelajah, dan cabang pertahanan udara Hizbullah.

Menurut IDF, dia “mengarahkan dan memerintahkan” sejumlah serangan drone Hizbullah terhadap Israel.

Media lokal melaporkan bahwa ini adalah serangan Israel keempat dalam seminggu terhadap agen Hizbullah di daerah padat penduduk di Beirut selatan.

Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, dua orang tewas dan 15 lainnya luka-luka dalam serangan itu, “termasuk seorang wanita dalam kondisi kritis”.

Sejak Jumat pekan lalu, Israel telah membunuh tiga komandan senior Hizbullah, termasuk Ibrahim Akil, Ahmed Wahbi, dan Ibrahim Kubaisi.

Pembunuhan kepala komando udara Hizbullah menandai peningkatan signifikan konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Lebanon.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Kamis berjanji untuk melanjutkan operasi militer skala besar terhadap Hizbullah, menolak seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata.

Awal pekan ini, Amerika Serikat dan Prancis mengusulkan gencatan senjata selama 21 hari antara Israel dan Hizbullah untuk membuka jalan bagi perundingan yang lebih luas.

Meskipun kantor Netanyahu mengatakan belum menanggapi inisiatif tersebut, perdana menteri Israel memerintahkan pasukannya untuk terus “berjuang dengan seluruh kekuatan” melawan Lebanon.

Sikap keras Netanyahu telah merusak prospek gencatan senjata, meskipun ada upaya dari para pejabat internasional untuk mengadvokasi penghentian sementara kekerasan untuk mencegah konflik meningkat menjadi perang skala penuh.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours