HMHI komitmen tingkatkan perawatan hemofilia

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (ANTARA) – Himpunan Himpunan Hemofilia Indonesia (HMHI) berkomitmen meningkatkan pelayanan hemofilia di Indonesia, mulai dari diagnosis dini hingga pengobatan dan rehabilitasi.

“Sangat penting bagi kita untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan di Indonesia tentang diagnosis dan pengendalian hemofilia secara komprehensif,” kata Dr. kata Novi Amelia Chozzi. (a) Dalam siaran persnya pada hari Rabu

Selain itu, HMHI terus memberikan edukasi kepada masyarakat dan pasien agar lebih waspada terhadap gejala hemofilia

HMHI menyebutkan beberapa contoh gejala hemofilia yang harus diwaspadai antara lain kecenderungan mudah memar pada permukaan kulit, sulit menghentikan pendarahan, serta adanya darah pada urin dan feses.

“Semakin cepat hemofilia didiagnosis dan diobati, maka semakin tepat pengobatan yang dapat diberikan,” kata Dr. kata Novy.

Hemofilia adalah suatu kondisi di mana pendarahan sulit dihentikan. Dalam kasus terburuk, penderita hemofilia dapat mengalami pendarahan spontan (perdarahan yang terjadi tanpa sebab yang jelas) dan pendarahan setelah trauma atau pembedahan.

Kebanyakan penderita hemofilia adalah laki-laki. Diperkirakan terdapat sekitar 400.000 penderita hemofilia di seluruh dunia. Di Indonesia diperkirakan terdapat 27.000 penderita hemofilia. Namun pada tahun 2021, hanya 3.000 pasien yang teridentifikasi dan tercatat dalam laporan tahunan Federasi Hemofilia Dunia tahun 2021.

Ia menegaskan, pengobatan pasien hemofilia di Indonesia masih belum terbaik.

Di Indonesia, hemofilia masih tergolong penyakit yang belum terdiagnosis, dan pasien biasanya baru terdiagnosis setelah mengalami pendarahan, sehingga berisiko tinggi mengalami komplikasi, kecacatan, dan kematian.

Saat ini, Indonesia baru mampu mendiagnosis 11 persen pasien hemofilia. “Banyaknya tantangan dalam diagnosis dan penatalaksanaan hemofilia tentunya berdampak pada komplikasi dan penurunan kualitas hidup pasien,” kata dr Novy.

Salah satu masalah besar yang dapat terjadi adalah terbentuknya penyumbatan. Penyumbatan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit sendi dan pendarahan hebat

Prevalensi obstruksi pada pasien hemofilia anak di Indonesia adalah sebesar 9,6 persen menurut data survei obstruksi di Indonesia pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan perlunya perbaikan sistem pengobatan hemofilia untuk mengurangi risiko dan komplikasi serta meningkatkan kualitas hidup pasien, pada pasien. dengan dan tanpa hemofilia.

HMHI menyelenggarakan Kongres Nasional (CONAS) ke-7 pada 13-14 Juli 2024. Ini merupakan peristiwa penting yang merupakan langkah penting dalam meningkatkan pengendalian hemofilia di Indonesia. Tahun ini KONAS HMHI mengambil tema “Akses yang setara untuk meningkatkan diagnosis dan perawatan hemofilia dan gangguan perdarahan lainnya di Indonesia yang lebih baik”.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours