Ilmuwan Tegaskan Membekukan Kembali Es Arktik Bukan Solusi Hindari Kiamat

Estimated read time 2 min read

LONDON – Para ilmuwan berencana memompa air laut ke Samudra Arktik yang beku dengan harapan dapat membekukannya di musim dingin dan memperlambat pencairannya di musim panas. Namun, para ilmuwan menekankan bahwa ini bukanlah solusi untuk mencegah kiamat.

Para ilmuwan sedang mengembangkan metode baru yang akan membantu “menumbuhkan” es dan “membekukan kembali” Samudra Arktik, karena hasil uji awal menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Para ilmuwan berencana menuangkan air laut ke Samudra Arktik yang membeku. Mereka telah melakukan eksperimen yang menunjukkan bahwa es laut berhasil meningkat di Arktik Kanada.

Sebuah laporan yang diterbitkan di New Scientist menunjukkan bahwa jika tidak ada tindakan yang diambil sekarang, percepatan perubahan iklim dapat menyebabkan Arktik “bebas dari es pada musim panas tahun 2030-an”, yang akan menjadi bencana besar bagi planet ini.

Menurut laporan lain, bahkan jika langkah-langkah diambil untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara drastis, hal ini tidak akan mencegah Arktik menjadi “bebas es”.

Untuk menghentikan dampak perubahan iklim yang drastis ini, dunia harus mengurangi jumlah emisi secara signifikan, sehingga para ilmuwan telah menemukan cara untuk menghentikannya dalam jangka pendek.

Di antara metode yang sedang diselidiki, para ilmuwan sedang mempertimbangkan untuk memompa air laut ke atas Samudra Arktik yang beku, yang mereka yakini akan efektif.

Apakah memompa air laut ke Arktik merupakan keputusan yang tepat?

Rencananya sangat sederhana. Para insinyur menggunakan pompa untuk menutupi es dengan air laut, yang membeku di musim dingin dan mengentalkan lapisan es. Hal ini memastikan salju bertahan lebih lama di musim panas.

Untuk melakukan hal ini, para ilmuwan menemukan lapisan es tipis, menggali tanah di bawahnya, dan membanjirinya, dengan harapan dapat mempercepat laju pendinginan alami.

Proses ini telah diuji sebelumnya, namun untuk pertama kalinya berhasil dilakukan dengan hidrogen, energi terbarukan.

Percobaan ini agak berhasil. Menurut laporan yang diterbitkan di New Scientist, penurunan tutupan salju mungkin menimbulkan “konsekuensi yang tidak diinginkan” yang berdampak negatif terhadap satwa liar.

Hyo Hendrikse, asisten profesor di Delft University of Technology, mengatakan kepada The Guardian bahwa ini bukanlah sebuah “solusi” melainkan “tongkat bantuan” yang dapat digunakan dalam “skala kecil”.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours