INACA sambut baik upaya pemerintah turunkan biaya industri penerbangan

Estimated read time 4 min read

Jakarta (Antara) – Asosiasi Maskapai Penerbangan Indonesia (INACA) menyambut baik upaya pemerintah dalam menekan biaya industri penerbangan dalam negeri.

“Dengan menekan biaya, diharapkan maskapai penerbangan memperoleh margin keuntungan dari operasionalnya sehingga maskapai dapat menjalankan operasional penerbangan dengan baik,” kata Presiden Jenderal INACA Danon Prawiratmadja dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Denon berharap dengan upaya tersebut, INACA dapat membantu pemerintah dalam mendorong konektivitas udara nasional.

INACA juga menyambut baik pembentukan gugus tugas nasional pengawasan harga tiket angkutan udara. Namun agar komite ini dapat berfungsi secara efektif, perlu memperhatikan siapa saja anggotanya, apa kewenangannya, apa program kerjanya, dan bagaimana pelaksanaannya.

Denon mengatakan permasalahan terkait penerbangan dalam negeri sangat kompleks dan melibatkan beberapa kementerian dan lembaga.

Untuk itu, panitia harus benar-benar kuat, baik secara hukum maupun operasional, serta melibatkan berbagai pemangku kepentingan penerbangan agar dapat berjalan dengan baik dan benar, kata Denon.

Menurut dia, biaya penerbangan saat ini sangat tinggi, lebih tinggi dari tarif tiket yang ditetapkan pemerintah pada tahun 2019. Akibatnya, maskapai penerbangan merugi dan mengoperasikan penerbangan hanya untuk bertahan hidup dan tidak mampu mengembangkan bisnisnya.

Menurut dia, tingginya biaya yang timbul akibat operasional dan non operasional penerbangan harus dikurangi atau dihilangkan.

Ia mengungkapkan, tingginya biaya operasional penerbangan antara lain harga bahan bakar penerbangan yang lebih tinggi dibandingkan negara tetangga, antrian pesawat untuk terbang di darat dan potensi pemborosan bahan bakar untuk lepas landas, pajak bandara dan layanan navigasi udara, dll.

Sedangkan biaya penerbangan non-operasional yang paling mahal misalnya berbagai pajak dan bea masuk yang dikenakan berkali-kali.

“Saat ini dipungut pajak atas bahan bakar penerbangan, pajak dan bea pesawat dan suku cadang seperti bea masuk, PPh impor, PPN dan PPN suku cadang BM, PPN tiket pesawat dan “tidak ada tugas seperti itu,” kata Denon.

Ia juga mengatakan sebagian besar biaya penerbangan dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh nilai tukar dolar AS. Oleh karena itu, semakin kuat nilai dolar AS terhadap rupee, maka biaya penerbangan akan semakin tinggi.

“Hal ini juga harus diwaspadai dan dicari solusinya bersama-sama,” kata Denon.

Selain itu, adanya biaya pelayanan bandara bagi penumpang (Passenger Service Charge/PSC) yang termasuk dalam komponen harga tiket juga membuat harga tiket pesawat terlihat lebih tinggi.

“Penumpang belum tahu kalau PSC itu bukan untuk maskapai tapi untuk operator bandara. Namun karena bagian dari komponen, penumpang mengira itu bagian dari tiket penerbangan,” kata Denon.

Lebih lanjut, INACA juga menyoroti kondisi perekonomian yang tidak sehat saat ini di sektor penerbangan. Sebab, sektor penerbangan masih dimonopoli sehingga pengendalian harga hanya dilakukan oleh satu pihak dan tidak ada persaingan komersial yang sehat.

Beberapa monopoli yang terjadi saat ini antara lain monopoli penyediaan avtur ke bandara, monopoli pengelolaan bandara oleh pemerintah melalui BUMN atau BLU dan UPBU oleh Kementerian Perhubungan, serta monopoli beberapa maskapai penerbangan. . atau kelompok maskapai penerbangan.

“Untuk menciptakan lingkungan usaha dan persaingan usaha yang sehat, monopoli ini harus diminimalkan atau dihilangkan. Contoh pengurangan monopoli operasional penerbangan adalah pengelolaan slot penerbangan yang lebih baik,” kata Denon.

Manajemen slot harus didasarkan pada prinsip keadilan terhadap maskapai penerbangan dan kekuatan pasar. Kesenjangan waktu antar maskapai penerbangan harus diperhitungkan untuk menghindari persaingan yang merugikan.

Selanjutnya, operator slot harus menegakkan aturan secara ketat agar maskapai penerbangan mematuhi peraturan yang berlaku. Slot yang tidak digunakan dalam jangka waktu tertentu harus segera ditarik dan ditempati oleh maskapai lain.

Namun, pemerintah juga harus fokus pada maskapai yang menerbangi rute virgin, yakni rute yang belum pernah diterbangi sebelumnya.

Ia juga mengatakan, “Pemerintah harus terus meninjau pasar penerbangan di kawasan dan memberikan perlindungan kepada maskapai penerbangan pertama yang terbang dalam jangka waktu tertentu.”

Penerbangan tambahan dari maskapai lain hanya dapat dilaksanakan jika pasarnya kuat dan maskapai pertama telah memperoleh keuntungan.

Hal ini menciptakan persaingan komersial yang sehat di satu sisi dan penumpang juga mendapatkan pelayanan yang lebih baik di sisi lain, kata Denon.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours