Inaplas: Penerapan BMAD-BMTP Bisa Menjaga Industri Petrokimia

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Dengan diterapkannya kembali Peraturan Menteri Perdagangan 36/2023, serta penerapan hambatan perdagangan berupa Anti Pajak Impor Angkutan (BMAD) dan Tarif Tindakan Perlindungan Impor (BMTP), masih ada harapan. . bagi industri hilir petrokimia untuk tetap menjaga kegunaan dan kontribusinya terhadap perekonomian nasional.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin dan Plastik Aromatik Indonesia (Inaplas) Pajar Bodiono menyatakan, akibat melambatnya impor, pelayanan sektor hulu petrokimia di bawah 80 persen, dan sebagian anggotanya menghentikan operasional pabrik.

Oleh karena itu, ditegaskannya, jika aturan impor kembali diperketat melalui Permendag 36/2023, maka hal itu akan menjadi insentif untuk mengisi industri lokal dengan bahan produksi lokal, mengingat aturan tersebut dinilai bisa mengatur. suplai permintaan di pasar lokal.

“Jadi kalau kita kembali ke Permendag 36/2023, semangatnya adalah memenuhi kebutuhan industri lokal terlebih dahulu dengan mengutamakan bahan lokal. Kalau ada kekurangan, maka diisi dengan produk impor,” hehe. dikatakan , dikutip di Jakarta, Jumat (2/8/2024).

Untuk penerapan BMTP-BMAD, pihaknya menilai perlu karena impor produk plastik jadi dalam beberapa bulan terakhir masih cukup tinggi.

“Produk plastik yang masuk ke tekstil seperti lembaran dan sejenisnya, impornya masih tinggi, dan meski sudah diatur dalam laporan survei (LS), ternyata pasokannya masih meningkat cukup signifikan. dilakukan nanti, kecuali kembali ke Permendag 36/2024 harus BMTP atau BMAD,” ujarnya.

Selain itu, menurutnya kedua hal tersebut harus dilakukan dengan benar dan cepat agar tidak kehilangan momentum kemajuan sektor petrokimia. Ia juga berharap adanya keterbukaan antara sektor hulu dan hilir industri petrokimia mengenai kebutuhan lokal sehingga investor dapat mengambil langkah untuk mulai berinvestasi.

“Kami berharap adanya keterbukaan timbal balik antara hulu dan hilir serta memberikan kepastian pemetaan kebutuhan dan pertumbuhan dalam negeri, sehingga kita dapat memprediksi kapan kita akan mulai berinvestasi, berapa besar investasi yang bisa ditanamkan, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan. ,” dia berkata .

Di sisi lain, ekonom Universitas Sables Mart (UNS) Arnois Entriandreti mengatakan diperlukan langkah politik untuk memperkuat impor guna melindungi industri lokal, terutama jika industri tersebut belum mampu bersaing dalam liberalisasi perdagangan.

Menurutnya, tensi impor dapat menjadi peluang untuk mengembangkan daya saing industri petrokimia, sehingga Indonesia menjadi pasar bagi produsen petrokimia lokal. Hal ini sejalan dengan rencana strategis pemerintah yang juga menjadikan industri petrokimia sebagai salah satu cabang industri yang mendapat perhatian khusus.

“Dengan kembalinya tensi impor petrokimia, diharapkan impor petrokimia akan berkurang secara signifikan. Hal ini akan semakin merangsang industri petrokimia lokal untuk berinovasi dan mengembangkan teknologi sehingga produksi dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dengan demikian, ketergantungan terhadap impor petrokimia akan berkurang, “ Dengan kembalinya tensi impor petrokimia, diharapkan impor petrokimia akan menurun secara signifikan. produksi dalam negeri akan berkembang dan daya saing sektor petrokimia meningkat. Dan neraca perdagangan sektor petrokimia tidak lagi defisit,” ujarnya.

Baca juga: Jokowi Keluhkan Pemimpin Daerah Masih Suka Beli Produk Impor

Sebelumnya dalam keterangan resmi, Wakil Ketua Umum Industri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Bobby Gafur Uma, menegaskan kurangnya kesiapan institusi pemerintah yang mengakibatkan banyak kontainer tertunda dan satgas impor tidak efektif. . Menurutnya, jika industri Indonesia rusak akibat serbuan impor, pasti akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan makroekonomi.

“Pemerintah harus memahami bahwa mereka harus melindungi industri strategis seperti petrokimia dan tekstil melalui kebijakan yang jelas dan koordinasi yang baik antar lembaga. Kita harus melindungi pasar lokal melalui kebijakan yang mendukung ekosistem industri mulai dari rantai pasok hingga kebijakan teknis,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours