Indonesia gali potensi kerja sama baterai untuk EV dengan Afrika 

Estimated read time 2 min read

Nusa Dua, Bali (Antara) – Pemerintah Indonesia menjajaki potensi kerja sama, salah satunya pengembangan baterai kendaraan listrik (EV) dengan negara-negara di kawasan Afrika.

“Dari sudut pandang ekonomi, masih banyak potensi yang belum tersentuh,” kata Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosen Rozlani di sela-sela diskusi kemitraan multisektor kedua. Forum (HLF MSP) dan Indonesia Africa Forum (IAF) pada Senin di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali.

Ia mengatakan, “Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumber daya nikel tertinggi di dunia.”

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan nikel Indonesia masih menjadi yang terbesar di dunia atau setara dengan 23 persen cadangan global.

Indonesia memiliki sumber daya nikel sebesar 17,7 miliar ton bijih dan 177,8 juta ton bijih serta total cadangan 5,2 miliar ton bijih dan 57 juta ton bijih.

Nikel masih menjadi komponen utama kendaraan listrik yang dibutuhkan masyarakat untuk mengurangi emisi karbon dari kendaraan berbahan bakar fosil.

Di sisi lain, negara-negara Afrika juga memiliki komponen bahan baku utama baterai kendaraan listrik, termasuk litium dan fosfat.

Dia menunjukkan bahwa Zimbabwe adalah negara dengan cadangan litium terbesar di Afrika dan Maroko adalah produsen utama fosfat untuk baterai listrik.

“Baterai untuk kendaraan listrik akan memberikan kontribusi besar terhadap energi bersih untuk mencapai nol emisi karbon. Kami memiliki komitmen untuk mencapai nol energi pada tahun 2060 dan kami melakukannya secara bertahap,” ujarnya.

Selain aspek energi baru terbarukan, Rowson menekankan kemungkinan dukungan finansial lain yang berpotensi dipromosikan, termasuk pengolahan untuk kebutuhan industri lepas pantai yang dikenal dengan sektor kelautan, yaitu obat-obatan dan makanan.

Bidang lain yang berpotensi untuk dilakukan kerja sama antara Indonesia dan Afrika adalah kawasan Global Selatan, yaitu perkebunan kelapa sawit karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak sawit dunia.

Kolaborasi dalam peningkatan kapasitas sumber daya manusia juga tidak kalah pentingnya, imbuhnya.

Pemerintah Indonesia, kata Rosen, sedang menyiapkan insentif pajak hingga 200 persen bagi perusahaan yang melaksanakan pendidikan vokasi untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.

“Kami percaya bahwa pertumbuhan ekonomi tanpa peningkatan sumber daya manusia tidak akan mendorong pembangunan berkelanjutan. “Mudah-mudahan kita bisa membaginya dengan negara-negara di Global South,” imbuhnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours