Indonesia pelajari pelabuhan ramah lingkungan di Forum Maritim ASEAN

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Indonesia melalui Direktorat Perkapalan dan Angkutan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) meninjau pelayanan lingkungan pelabuhan pada Forum Komunikasi ASEAN di Malaysia.

“Di sini (Forum Komunikasi ASEAN), kami belajar dari pengalaman Malaysia dan Korea yang telah menerapkan peraturan dan kebijakan lingkungan hidup serta telah melakukan berbagai studi kelayakan dan digitalisasi layanan pelabuhan yang ramah lingkungan,” ujar Direktur Transportasi Laut dan Perhubungan di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Hartanto dalam keterangannya di Jakarta.

Direktorat Perhubungan Laut, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Perhubungan Laut turut serta sebagai delegasi Republik Indonesia dalam pertemuan ASEAN Maritime Connectivity Forum yang diselenggarakan di Penang, Malaysia, Senin (6/10) ).

Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Partnerships for Infrastructure (P4I) Australia dan dihadiri oleh negara anggota ASEAN, Korea dan Australia.

Delegasi Indonesia yang berpartisipasi antara lain Asisten Pembangunan Daerah dari Bappenas, Direktur Pelayaran dan Pengangkutan, dan Petugas Transportasi Kuala Lumpur.

Hartanto mengatakan, salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah program Green Ship and Supply Chain Management.

Hartanto mengatakan, “Pertemuan tersebut membahas perlunya kerja sama antara negara-negara ASEAN dan mitra untuk mencapai tujuan penerapan Konvensi IMO Green Gas.”

Penerapan Green Boat, lanjutnya, memiliki banyak tantangan, antara lain sulitnya menemukan pangsa pasar kargo yang tepat dan biaya yang masih relatif tinggi.

Selain itu, dibahas pula integrasi berbagai aplikasi digital di pelabuhan terkait dengan digitalisasi dan otomasi pelabuhan.

“Dengan diberlakukannya kewajiban Maritime Single Electronic Folder for Electronic Information Exchange di negara-negara yang telah meratifikasi Konvensi IMO FAL, diharapkan dapat meningkatkan stabilitas dan kenyamanan rantai pasok,” kata Hartanto.

Hartanto menjelaskan, terdapat empat tantangan digitalisasi pelabuhan di negara-negara ASEAN, yaitu terbatasnya biaya digitalisasi, terbatasnya kapasitas tenaga terampil, integrasi sistem dan teknologi baru, serta penerapan PCS (Port Community System).

“Kita perlu menyusun kerangka peraturan nasional dan rencana implementasi koridor maritim hijau, otomatisasi pelabuhan dan integrasi digital, serta pelayaran otonom dengan melibatkan pemangku kepentingan di sektor maritim,” kata Hartanto.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours