Infrastruktur Digital: Kunci Sukses AI dan Ekonomi Digital di Asia Pasifik

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Asia Pasifik sedang menyaksikan revolusi digital yang luar biasa. Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) menjadi semakin canggih dan banyak digunakan. Namun apakah infrastruktur digital siap mendukung pertumbuhan ini?

Infrastruktur Digital: Fondasi Ekonomi Digital Sama pentingnya dengan kereta api pada masa Revolusi Industri, infrastruktur digital serupa dengan jaringan optik. Sementara itu, pusat data menjadi tulang punggung perekonomian digital saat ini.

“Mereka menyediakan layanan Internet dan cloud yang dibutuhkan bisnis untuk berkembang,” jelas Chris Street, Group Chief Revenue Officer, ST Telemedia Global Data Centers dan Vice President, Data Center Division, SGTech.

Data Cushman & Wakefield menunjukkan bahwa pasar Asia Pasifik mengalami pertumbuhan pesat dalam kapasitas operasional dan pertumbuhan pusat data. Kapasitas operasional pusat data akan melebihi 10,6 GW di seluruh wilayah.

Menurut UNDP, negara-negara dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi sebesar 33% dengan menerapkan infrastruktur digital publik di sektor keuangan.

Infrastruktur digital juga dapat menjadi katalisator penciptaan lapangan kerja dan pengembangan keterampilan dalam ekonomi digital, misalnya meningkatkan keterampilan untuk memenuhi permintaan keterampilan terkini seperti AI.

Negara tetangga Indonesia, Singapura, telah mengalokasikan SGD27 juta (sekitar 326 miliar) dari APBN 2024 untuk menggandakan jumlah praktisi AI lokal selama lima tahun ke depan. Investasi ini diharapkan dapat memberikan landasan bagi para profesional untuk menyebarkan pengetahuan mereka tentang sistem, model, dan algoritme AI ke seluruh organisasi.

AI: Pendorong pertumbuhan, namun tantangannya AI menawarkan banyak manfaat, namun juga memerlukan infrastruktur yang kuat. AI membutuhkan chip, server, dan jaringan yang mumpuni agar dapat berfungsi dengan baik. Mereka berinvestasi besar-besaran pada infrastruktur digital di Asia Pasifik.

Menurut Chris, investasi di sektor ini dapat menarik investor, mendorong inovasi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan penting.

“Pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama untuk memastikan pekerja memiliki keterampilan digital, termasuk AI. “Program pelatihan dan pengembangan keterampilan adalah kunci untuk membangun kemampuan AI,” katanya.

Tantangan yang harus dihadapi 1. Kesiapan pasar: Banyak perusahaan yang belum siap mengadopsi AI dengan baik. Harus ada strategi yang jelas dengan metrik untuk mengukur dampak AI dan pendanaan jangka panjang.

2. Regulasi: Indonesia dan Australia masih dalam tahap awal pengembangan regulasi AI. Kemitraan antara pemerintah dan perusahaan AI sangat penting untuk membangun kepercayaan dan pemahaman terhadap teknologi ini.

3. Stabilitas: Pusat data memerlukan banyak energi. Di negara tropis seperti Indonesia, pendinginan server merupakan sebuah tantangan. Harus ada inovasi teknologi untuk mengurangi dampak lingkungan.

4. Biaya: Membangun infrastruktur baru untuk mendukung AI memerlukan biaya yang mahal. Pembiayaan ramah lingkungan (green financing) dapat menjadi solusi untuk mengatasi hambatan tersebut.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours