Ingatkan Nadiem Setop Kecerobohan, NU Circle Ungkap Karya Sastra Cabul Kini Masuk Sekolah

Estimated read time 2 min read

REPUBLIK. Menurutnya, banyak karya sastra dengan adegan asusila dan vulgar yang secara resmi direkomendasikan dalam program sastra yang masuk dalam kurikulum yang mendukung kemandirian belajar anak di sekolah.  

Adegan sapa yang bercerita tentang seks dan seksualitas tidak pantas dimasukkan dalam kurikulum nasional. Nadiem harus menghentikan ketidakpedulian ini. Pemerintah harus mendukung peradaban manusia melalui pendidikan humaniora yang adil dan beradab, ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (2024-2024). 05-29).  

Ia menjelaskan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan rekomendasi beberapa karya sastra untuk dibaca oleh guru dan siswa sekolah dalam program ini. Lucunya, katanya, sebagian besar karya sastra murahan yang menggambarkan seks dan seksualitas resmi dimasukkan dalam bentuk yang dapat dibaca. 

Contoh yang dibagikan adalah cerpen “Rumah Kawin” karya Zen Hae. Cerpen ini diterbitkan pada tahun 2004. Di halaman 48 cerpen itu tertulis “Batang zak…”. Ibarat ikan, Mamat Jago “…” “gaul…” Sarti rasanya ingin klik.  Dari halaman 47, “Eli terus mencubit dahi Sarty…” sambil menutup mulutnya. 

Ahmad mengatakan, arahan Kemendikbud untuk memasukkan sastra ke dalam kurikulum masuk dalam kategori pelanggaran moral. Sebab, kata dia, mengungkap seksualitas melalui tulisan.  

“UU Pornografi Nomor 44 Tahun 2008 jelas mengatur masalah ini dan melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Oleh karena itu NU Circle ingin menghentikan program ini dan menjadikannya lebih beradab dan profesional, kata Ahmad.

UU Pornografi 44 Tahun 2008 menjelaskan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, gambar, rekaman, suara, suara, gambar bergerak, animasi, kartun, dialog, gerak tubuh, atau berbagai bentuk media. ujaran yang mengandung imoralitas atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. 

Pasal 4.1 Peraturan ini melarang produksi, produksi, reproduksi, penyebaran, penyebaran, distribusi, distribusi, impor, ekspor, penawaran, pembelian dan penjualan, persewaan atau distribusi pornografi yang mengandung seksualitas eksplisit yang ditampilkan dengan jelas. . kekerasan, masturbasi, ketelanjangan atau ketelanjangan, alat kelamin, atau pornografi anak. 

“Hal ini membuktikan Profil Pelajar Pancasila yang tidak bersumber langsung dari masing-masing sila Pancasila, telah memberikan keleluasaan bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk melakukan apa pun, seperti pendidikan bebas budaya, dalam kurikulum yang mandiri,” ujarnya. dikatakan. 

Ahman melihat masalah utama dalam pendidikan di negara ini saat ini adalah rendahnya keterlibatan siswa, karena keterampilan literasi dan numerasi menjadi perhatian utama. “Kenapa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak fokus pada hal ini? Perjuangan besar pemerintah adalah memberantas kebodohan ini dan tidak membuat program yang melemahkan akal sehat dan mengubah hawa nafsu menjadi kejahatan.”

Ia juga mendesak pemerintahan Ahmad, termasuk calon pemerintahan Prabowo-Gibran, agar lebih fokus pada literasi melalui Perpres atau Inpres untuk meningkatkan kualitas literasi di pendidikan dasar dan menengah.

 

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours