Ini dampak buruk dari alergi susu sapi pada anak

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Konsultan Pediatri, Alergi, Imunologi, Prof. Dr Bodhi Sathyabodivan, Universitas Padjaran SpA(K) mengatakan alergi susu sapi (CSA) dapat menimbulkan dampak yang sangat beragam pada anak.

Umumnya anak yang alergi susu sapi bisa mengalami alergi seiring bertambahnya usia, biasanya antara usia tiga dan lima tahun. Budi mengatakan dalam diskusi online di Jakarta, Selasa, namun ada sejumlah kecil anak yang mungkin melanjutkan. memiliki alergi saat dewasa.”

Bodhi menjelaskan, alergi susu sapi bisa terjadi ketika sistem imun bayi bereaksi berlebihan terhadap protein dalam susu sapi. Hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

Dampak yang ditimbulkan penyakit ini bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Dalam jangka pendek, anak akan mengalami ketidaknyamanan serta kesulitan makan dan tidur.

Pada saat yang sama, dalam jangka panjang, hal ini mencakup berat badan yang buruk, malnutrisi, dan keterbelakangan pertumbuhan. Sifat alergi yang menetap juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi atopik seperti asma atau eksim.

Menurutnya, meski alergi susu sapi merupakan alergi makanan yang paling umum terjadi pada anak usia dini, yakni mencapai dua hingga tiga persen pada tahun pertama kehidupan, namun orang tua harus mewaspadai gejala yang berbeda-beda. setiap anak

Karena berdasarkan data yang dihimpun Ikatan Anak Indonesia (IDAI), prevalensi ASD pada anak Indonesia berkisar antara 2 hingga 7,5 persen, protein susu sapi merupakan alergen terbanyak kedua setelah telur.

Budi mengatakan gejala yang paling umum terjadi pada anak-anak antara lain ruam kulit, gatal-gatal, dan diare. Meski anak-anak mengalami gejala yang berbeda-beda, biasanya gejala tersebut meliputi masalah pernapasan seperti anafilaksis.

Oleh karena itu, pengobatan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah dampak buruk yang lebih serius dan memastikan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, ujarnya.

Ada sejumlah pengobatan yang bisa dilakukan orang tua untuk mengenali gejala tersebut. Pertama, segera temui dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Orang tua juga dapat menghilangkan susu sapi dari menu makanan anak dengan mencari sumber makanan alternatif yang mengandung zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral yang diperlukan untuk menunjang tumbuh kembang anak.

Langkah selanjutnya adalah membaca label makanan dengan cermat dan memantau pertumbuhan bayi Anda secara rutin.

“Strategi pengobatan ini harus dilaksanakan secara cepat dan tepat untuk meminimalisir dampak negatif ASD, sehingga anak penderita ASD dapat hidup sehat dan berkembang secara optimal,” kata Budi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours