Ini Maya Nabila, Wisudawan Doktor Termuda ITB dari Jurusan Matematika

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali meluluskan lulusan termuda program PhD bernama Maya Nabila. Maya lulus matematika pada usia 24 tahun 11 bulan.

Maya berhasil menyandang predikat doktor termuda, karena ia merupakan penerima Beasiswa Magister Studi Doktor Mahasiswa Berprestasi (PMDSU).

Baca juga: Di usia 22 tahun, Aretha merupakan lulusan termuda Sarjana Kedokteran UGM

Beasiswa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini khusus untuk mempercepat studi mahasiswa agar bisa meraih gelar doktor di usia muda.

Beasiswa PMDSU mencakup fakultas sebagai peneliti atau kelompok peneliti dengan pengalaman penelitian internasional.

Kelas akselerasi dari sekolah dasar

Tak hanya mendaftar di “kelas akselerasi” saat kuliah, Maya rupanya masuk Sekolah Dasar (SD) saat usianya masih 5 tahun. Jadi dia mampu menyelesaikan sekolah menengahnya hanya dalam waktu dua tahun.

Baca juga: Kisah Zizi, Lulusan Termuda ITB Berusia 19 Tahun dari Jurusan Teknik Mesin

Wanita berhijab dengan otak cemerlang ini berhasil menyelesaikan program sarjana hanya dalam waktu 3,5 tahun.

Fokus pada pembelajaran matematika

Orangtuanya, terutama ayahnya, memberikan pengaruh yang besar terhadap Maya hingga ia menyelesaikan program doktoralnya di bidang matematika.

“Ayah saya sering bercerita bagaimana matematika bisa membawa penemuan, karena setiap kali gurunya pergi ke luar negeri, dia selalu membawakan coklat untuk saya dan saudara-saudara saya,” ujarnya, dilansir dari laman ITB, Minggu (2/6/2024). ).

Baca juga: Kisah Auliya Ayub, Lulusan Program Spesialis UGM Termuda dan Tercepat yang Raih IPK Sempurna

Maya juga mendapati dirinya menikmati pembelajaran mata pelajaran yang dianggap tidak mungkin dilakukan oleh siswa lain. Meninggalkan sekolah, Maya memutuskan untuk belajar matematika di universitas.

Meski tergolong muda di antara mahasiswa S2 lainnya, Maya bersyukur memiliki lingkaran pertemanan yang sangat mendukung.

“Saat pandemi juga, saya bertemu dengan teman-teman yang belajar secara acak. – Kita bisa belajar kapan saja,” kata Maya.

Ketika beralih ke program doktoral, banyak hal yang berbeda. Maya hanya belajar satu kelas dan melakukan banyak penelitian mandiri. “Melanjutkan ke S-3, tidak ada mata pelajaran kecuali filsafat ilmu yang dimasukkan di kelas,” ujarnya.

Penelitian dan pertukaran pelajar

Selain melakukan penelitian, Maya berkesempatan melakukan pertukaran pelajar selama empat bulan melalui program PMDSU di Technical University of Košice, Slovakia. Tesisnya berkisar pada kombinatorik, khususnya Grafik Ramsey.

Baca juga: Giselle Hage, 19 Tahun, Lulusan Termuda ITS dengan IPK 3,71

“Yang saya lakukan adalah melihat bahwa struktur yang tidak teratur selalu mengandung struktur yang terorganisir,” ujarnya.

Salah satu bentuk penerapan ilmu tersebut adalah masalah partai. Dalam soal ini, cari tahu berapa banyak orang yang diperlukan untuk membawa x orang yang saling kenal dan orang yang tidak saling kenal ke pesta tersebut.

Kekhawatiran beasiswa PMSDU akan habis masa berlakunya sebelum lulus merupakan permasalahan yang ia hadapi selama kuliah di ITB.

Maya berkesempatan menambah dua semester pada program PMSDU. Selain itu, lambatnya kemajuan perolehan hasil juga menjadi salah satu penyebab bertambahnya semester studinya.

Apakah Anda ingin menjadi dosen?

Ke depannya, Maya memperkirakan penelitian yang lebih luas di bidang matematika. “Saya terbuka terhadap peluang, selain ingin menjadi guru atau pengajar, saya juga terbuka terhadap dunia industri,” tuturnya.

Terkait prestasi yang diraihnya, diakuinya hal tersebut tidak lepas dari rasa tanggung jawab, manajemen waktu dan tidak membandingkan dengan orang lain, melainkan membandingkan hari ini dengan kemarin.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours