Ini Potensi dan Tantangan Besar Industri Nikel Indonesia yang Menanti Prabowo Subianto

Estimated read time 3 min read

dlbrw.com, JAKARTA – Sebuah laporan baru menyoroti tantangan utama dalam industri nikel yang berkembang pesat di Indonesia. Dilanjutkan dengan persiapan Presiden terpilih Prabowo Subianto.

Sebagai negara dengan cadangan nikel yang sangat besar, yang merupakan komponen utama baterai mobil listrik, pemerintah menghadapi tuntutan besar untuk mengatasi degradasi lingkungan dan risiko geopolitik yang terkait dengan industri ini.

Laporan yang dikeluarkan oleh Proyek Tiongkok-Global Selatan (CGSP) muncul pada saat yang kritis ketika Indonesia menempatkan dirinya di garis depan transformasi energi global.

“Proses pembuatan penelitian ini penuh tantangan. Kita perlu mengumpulkan data dari organisasi masyarakat sipil dan laporan media,” kata Antonia Timmerman, pemimpin redaksi CGSP Asia Tenggara dan peneliti utama proyek tersebut.

Dengan alat data interaktif yang melacak aktivitas penambangan dan pemrosesan nikel, investasi asing, serta dampak sosial dan lingkungan dari industri ini, laporan ini memberikan gambaran komprehensif mengenai tantangan dan peluang di sektor ini.

Laporan dan kumpulan data tersebut menekankan bahwa lonjakan harga nikel di Indonesia didasarkan pada permasalahan yang masih perlu diatasi.

“Salah satu hal yang kami lakukan dalam proses penelitian ini adalah dengan mengikuti pemberitaan media lokal dan nasional mengenai proyek nikel di Indonesia, dan kami menemukan bahwa sepertiga proyek nikel di Indonesia melibatkan dugaan atau tuduhan korupsi.”

Kasus korupsi dan penambangan liar erat kaitannya dengan kerusakan lingkungan.

“Pada saat yang sama, sangat sulit untuk mengetahui pemegang saham sebenarnya dari banyak proyek nikel karena struktur kepemilikan yang disengaja atau ambigu. Sulit bagi masyarakat untuk meminta pertanggungjawaban masyarakat jika suatu proyek melanggar hukum. “Ini sangat mengkhawatirkan dan kami berharap presiden baru bisa melakukan reformasi di sektor nikel,” kata Antonia.

“Tidak penting, kita sudah mendapat janji sisi negatifnya, yakni mimpi mendaur ulang nikel mentah menjadi baterai kendaraan listrik,” tambah Antonia.

“Kapasitas produksi baterai masih sangat rendah dan kami tidak akan menjadi pemasok baterai utama dunia jika harganya masih sama. “Sebenarnya nikel kita sebagian besar masih digunakan untuk baja tahan karat,” ujarnya.

Sebelumnya, pemerintahan Presiden terpilih dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menyatakan komitmennya untuk mempromosikan nikel secara berkelanjutan, sebagai upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi delapan persen karena negara ini adalah produsen dan pemilik terbesar di dunia cadangan nikel. .

Eddie Soperno, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, mengatakan dari total 130 juta ton cadangan nikel, 55 juta ton atau 42 persennya tersimpan di Indonesia. Sedangkan dari ekspor nikel pada tahun 2023, Indonesia mendapat Rp 106,59 triliun.

“Penurunan nikel yang berkelanjutan adalah kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen. Tantangannya adalah bagaimana memastikan pemerintah di Indonesia dapat mempertahankan penurunan nikel,” lapor Antara. 

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours