Inovasi Baru, Mahasiswa UMM Olah Limbah Kulit Jeruk di Malang Jadi Briket

Estimated read time 2 min read

MALANG – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengolah limbah kulit jeruk menjadi batu bara yang berharga. Inovasi ini dilatarbelakangi oleh banyaknya produksi jeruk di Kabupaten Malang, namun kulitnya hanya menjadi limbah yang dibuang begitu saja.

Mahasiswa UMM mengolah limbah kulit jeruk menjadi briket berharga. Foto/Avirista Midaada

Mereka memelopori pengolahan limbah kulit jeruk menjadi batu bata melalui Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Ketua tim limbah jeruk PKM-PM Berlinda Amalia Diami mengatakan limbah kulit jeruk bisa diolah menjadi barang yang lebih berharga, salah satunya batu bara. Briket dikenal sebagai bahan bakar untuk penerangan sumber api kompor.

“Masyarakat di sana sebagian besar berprofesi sebagai petani jeruk. Mereka hanya mengandalkan pendapatan dari perkebunan yang mereka miliki, dan tidak mendapat penghasilan khusus. Oleh karena itu, kami bekerja sama dengan karang taruna setempat dan beberapa petani jeruk mencoba mengumpulkan jeruk. Limbah kulitnya yang kemudian diolah menjadi batu bata batubara,” kata Berlinda Amalia Diami, Jumat (19/7/2024).

Pengendalian limbah kulit jeruk yang disebut Berlinda ini membutuhkan waktu sekitar satu minggu untuk mencapai hasil yang maksimal.

Setelah sampah kulit jeruk dikumpulkan bersama karang taruna setempat, kulit jeruk tersebut dimasukkan ke dalam tong untuk proses pembakaran sampah.

“Kalau begitu tunggu sampai kulit jeruknya berubah warna menjadi coklat tua,” ujarnya lagi.

Setelah melalui proses pembakaran sampah, kulit jeruk sebaiknya dihaluskan menggunakan perajang, kemudian disaring agar lebih mudah tercampur menjadi pasta sebelum dijadikan briket.

“Adonan adonan yang kami buat dibuat dan dijemur di bawah sinar matahari selama 6 hingga 7 hari. “Setelah melalui proses yang panjang, akan dihasilkan briket yang sempurna,” ujarnya.

Briket yang dibuatnya memiliki banyak keunggulan, misalnya dapat digunakan sebagai bahan bakar memasak. Tak hanya itu, karang taruna setempat juga bisa memanfaatkan program ini sebagai salah satu bentuk usaha penjualan briket di beberapa destinasi wisata sekitar desa.

“Kami juga telah bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) untuk mendukung dan memfasilitasi karang taruna, serta masyarakat setempat untuk meneruskan ide kreatif ini. “Dengan begitu, masyarakat mendapat ilmu yang baik dan bisa meningkatkan perekonomian desa,” jelasnya.

Tak berhenti sampai disitu, Berlinda dan timnya juga membuat buku panduan bagi masyarakat setempat.

Buku ini menjadi harapan agar program yang telah dirintis oleh mereka dapat dilanjutkan kedepannya dan tidak berakhir ketika program PKM-PM selesai.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours