Inovasi itu tumbuh dan berkembang melalui pendidikan vokasi

Estimated read time 4 min read

Jakarta (ANTARA) – Berawal dari kekhawatiran akan keretakan yang terjadi pada dasar rel kereta api yang sering dilalui kereta pengangkut batu bara, Giovani Ega dan kawan-kawan mulai melakukan penelitian mengenai dampak getaran pada rel kereta api. Ega mengenang kejadian saat ia masih berstatus pelajar, di mana ia diajak PT KAI untuk menyelidiki penyebab rusaknya beberapa bantalan kereta api. Saat itu, belum diketahui apakah kerusakan tersebut disebabkan oleh kelebihan muatan atau usia rel.

Dari sana ia mulai mengembangkan peralatan untuk memantau kondisi lintasan selama lari dan kinerja lintasan latihan. Lulusan Sekolah Vokasi Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) ini berencana mengembangkan alat bernama Instrumented Train Vibration (IRV) yang mampu mendeteksi kerusakan pada rel dan gerbong kereta.

Prinsip kerjanya sederhana, apapun yang bergerak atau bergerak dapat dideteksi getarannya, kata Giovani saat ditemui pada pameran Higher Education Associations Conference (HEPCON) 2024 di Jakarta beberapa waktu lalu. katanya.

Perangkat yang dipasang pada bantalan rel kereta api juga dapat merekam data getaran, data suara, dan lokasi. Data tersebut kemudian disimpan dalam komputasi awan. Dari data yang tersimpan, Anda dapat mengetahui waktu penggantian rel yang tepat dan lokasi kerusakan karena terhubung dengan Global Positioning System (GPS). “Alat ini juga bisa dipasang di gerbong kereta untuk mendeteksi kerusakan gerbong,” jelasnya. Dikembangkan pada tahun 2020, kendaraan tersebut telah diuji coba di berbagai jalur kereta api di Pulau Jawa. Setelah masa pengujian di Pulau Jawa, sensor tersebut dikalibrasi dan diuji getarannya di Pulau Sumatera. Saat ini alat tersebut sudah memasuki tahap pengembangan keempat.

Alat pendeteksi kerusakan pada gerbong dan gerbong juga akan diuji coba dalam mode Jalan Raya Terpadu (LRT) pada Oktober mendatang. Ega berharap dapat berkontribusi terhadap keselamatan penumpang kereta api melalui alat ini. Kereta api diyakini juga akan terus tumbuh dan berkembang di Indonesia.

Pemantau fasilitas

Tidak hanya Sekolah Vokasi UGM, mahasiswa dan guru Politeknik Negeri (Polines) Semarang juga berhasil mengembangkan inovasi yang dapat memantau parameter pada tanaman hidroponik melalui teknologi Internet of Things (IoT) bernama Monik.

Dengan alat ini Anda bisa mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memberi makan tanaman hidroponik Anda. Selain itu, Anda juga bisa mencari ukuran yang tepat untuk memberikan nutrisi pada tanaman.

Guru Besar Teknik Elektro Polines Tahan Prahara menjelaskan, alat ini dapat mengontrol secara otomatis kapan pompa harus dihidupkan, sehingga bermanfaat untuk kelancaran pertumbuhan tanaman.

“Kami membutuhkan waktu enam bulan untuk mulai merakit sensor dan menguji sistemnya di laboratorium dan bengkel. Kami juga sedang menerapkannya di lapangan,” kata Tahan.

Saat ini alat tersebut banyak digunakan oleh para petani hidroponik di wilayah Semarang dan sekitarnya. Tahan berharap dapat terus menyempurnakan produk ini dan bermanfaat bagi para petani.

Inovasi lainnya dihadirkan pada HEPCON 2024 Politeknik Negeri Madura (Poltera) dengan motor penggerak listrik yang dipasang di buritan perahu atau kapal kecil.

Profesor Bayu Praharsena Poltera menjelaskan, inovasi yang diberi nama eMOTION ini menawarkan solusi navigasi ramah lingkungan tanpa mengurangi performa kapal kecil. Inovasi ini dirancang untuk memberikan dorongan yang dapat dikontrol sesuai kecepatan yang diinginkan dengan teknologi canggih. Alat eMOTION juga ideal untuk kawasan konservasi dan pariwisata, perlindungan ekosistem laut, serta pengurangan polusi suara dan udara. Ia juga menawarkan kenyamanan berkendara yang lebih baik berkat mesin yang senyap dan getaran yang minimal. Dengan mesin perahu listrik ini, pengunjung dapat menikmati perjalanan yang tenang dan damai dengan sedikit getaran. Jadi ini akan menjadi inovasi yang akan kami kembangkan kedepannya. Alat eMOTION dikembangkan oleh mahasiswa D3 Teknik Elektro Industri. Mereka sedang mengerjakan stasiun pengisian panel surya untuk mengurangi biaya operasional dan membuatnya lebih terjangkau.

Dan dengan energi surya, emisi bisa dikurangi hingga hampir nol. Tidak ada listrik yang digunakan untuk mengisi baterai, namun biaya operasional pariwisata dan biaya pemeliharaan dapat dikurangi secara signifikan dengan menggunakan energi surya. Bayu mengatakan, pembuatan eMOTION sudah memasuki tahap kedua. Tahap pertama, pihaknya membangun mesin penggerak kapal berkapasitas 20 kilowatt (KW) hasil penelitian selama delapan bulan. Tim kemudian mulai mengembangkan motor penggerak yang lebih bertenaga menggunakan model dari penelitian sebelumnya. Diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 29 Agustus hingga 31 Agustus, HEPCON 2024 merupakan forum penguatan kerja sama internasional guna mengatasi tantangan global di era digital. HEPCON diharapkan menjadi forum inklusif dimana institusi pendidikan tinggi, dunia usaha dan asosiasi sekolah berkumpul, berbagi, tumbuh dan berkembang bersama, menawarkan solusi inovatif dan sinergi tanpa batas.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours