Inovatif, Gentong Pakan Lele Otomatis Karya Anak Bangsa

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Seember makanan ikan lele lahir secara alami dari ide seorang dosen sastra. Selain memberikan kepraktisan pertanian, alat ini memberikan pemahaman baru tentang pola komunikasi interdisipliner.

Didik Suharijadi, dosen Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universiti Jember (UNEJ), membuat kemajuan baru dalam budidaya ikan lele. Dia menggunakan tong-tong tersebut di bagian taman universitas yang tidak digunakan untuk menangkap ikan. Gentong digunakan sebagai wadah pembiakan ikan lele dengan sistem pemberian pakan dan penggantian air yang sepenuhnya otomatis.

Sistem pemberian pakan otomatis memberikan pakan tiga kali sehari untuk mencegah ikan kanibalisme karena selalu kenyang. Berdasarkan keterangan resmi federasi, Jumat (24/5/2024), Didik mengatakan, “07.00, 15.00”. :00 dan 01:00 Gunakan pengatur waktu untuk mengontrol pemberian makan. “

Dalam proyek inovatif ini, ia menerapkan teknologi otomasi untuk menyederhanakan dan meningkatkan efisiensi budidaya ikan lele. Dalam penerapan teknologi tersebut, Didik banyak meminta bimbingan dari para dosen Fakultas Pertanian dan Teknologi (FTP) universitas tersebut yang lebih ahli di bidang teknologi tepat guna.

Budidaya ikan menggunakan berbagai macam alat seperti ember, panel surya, pengatur waktu, baterai, besi tua dan wadah makanan dari berbagai wadah kemasan makanan.

Didik meyakini dengan memanfaatkan lingkungan, budidaya ikan lele dapat memberikan manfaat ganda, salah satunya membiasakan siswa berkomunikasi, meningkatkan kemampuan berbahasa, serta mengemas berbagai ilmu dari berbagai pakar di bidang lain agar lebih mudah disebarluaskan.

Ketika siswa melihat teknologi digunakan seolah-olah tidak ada hubungannya dengan sastra, reaksi awal mereka tentu saja terkejut. Namun, setelah dijelaskan bahwa linguistik mempunyai tugas besar untuk mendokumentasikan perkembangan terminologi di segala bidang, mahasiswa baru menyadari pentingnya memusatkan perhatian pada bidang lain.

“Di era digital ini, kunci penyebaran ilmu pengetahuan adalah terminologi. Kalau masyarakat sudah memahami terminologi dan nama alatnya, maka mereka bisa membelinya sendiri, mempelajarinya sendiri, atau bahkan membuatnya sendiri, meski tentu kita harus mengandalkannya. ahli sampai batas tertentu,” kata Di. Kata Dick.

Kami berharap melalui penggunaan alat-alat sederhana, kita dapat mengajarkan siswa bagaimana menggunakan alat-alat sederhana untuk mengubahnya menjadi kreativitas yang bernilai tinggi.

Saat ini, budidaya ikan lele jenis ini membutuhkan waktu sekitar tujuh bulan, dengan dua kali masa panen yang masing-masing berlangsung selama tiga setengah bulan. “Jadi masa tanam satu bibit memakan waktu tiga setengah bulan. Bulan ketiga mulai panen bertahap karena ikan tidak selalu tumbuh sama,” ujarnya.

Harapannya, penangkaran ini tidak hanya mendatangkan ikan, namun juga menjadi sarana akademik bagi mahasiswa dari berbagai jurusan. “Biarkan mahasiswa sastra mempelajari terminologinya, biarkan mahasiswa teknik berkontribusi pada peningkatan otomatisasi, biarkan mahasiswa peternakan mempelajari efisiensinya, biarkan mahasiswa studi sosial ekonomi mempelajari kemungkinan-kemungkinannya sebagai usaha ekonomi bagi masyarakat perkotaan,” kata Didik seks.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours