Israel Kampanye Rahasia untuk Pengaruhi Para Anggota Parlemen AS

Estimated read time 3 min read

WASHINGTON – Tahun lalu, Israel dituduh mengorganisir dan mendanai kampanye pengaruh melawan Amerika Serikat (AS) untuk mendapatkan dukungan atas serangan genosida yang sedang berlangsung di Gaza.

Laporan tersebut diungkap New York Times pada Rabu (5/6/2024), mengutip pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya dan dokumen terkait operasi tersebut.

Penerbit tersebut mengklaim bahwa Kementerian Diaspora Israel, yang bertanggung jawab untuk menghubungkan orang-orang Yahudi di seluruh dunia dengan Negara Israel, melakukan kampanye rahasia dan menyewa perusahaan pemasaran politik Tel Aviv, Stoic, untuk menghabiskan hampir $2 juta untuk operasi tersebut.

Kampanye ini tampaknya dimulai sekitar bulan Oktober, ketika Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memulai pembantaian di Gaza.

Perang Israel dan pengepungan tanpa henti terhadap Gaza telah menuai kritik internasional, termasuk ancaman sanksi, karena IDF telah membunuh lebih dari 36.000 warga Palestina.

“Pada puncaknya, kampanye pengaruh Israel menggunakan ratusan akun palsu yang mengaku sebagai mahasiswa Amerika, warga negara yang peduli, dan pemilih lokal di berbagai platform media sosial, termasuk X, Facebook, dan Instagram,” lapor New York Times.

Akun-akun tersebut diduga digunakan untuk memuat komentar-komentar pro-Israel dan artikel-artikel yang mendukung sikap Yerusalem Barat terhadap perang tersebut, dan fokus utamanya adalah untuk menarik perhatian para anggota parlemen AS, terutama dari Partai Demokrat berkulit hitam, dan mendesak mereka untuk terus mendanai militer Israel.

Banyak postingan dibuat dengan bantuan ChatGPT, chatbot yang didukung AI.

Stoick, yang bertanggung jawab atas kampanye tersebut, juga membuat tiga situs berita palsu berbahasa Inggris yang sebagian besar menampilkan artikel pro-Israel, sering kali menjiplak dari outlet seperti CNN dan Wall Street Journal.

Pada bulan Maret, kampanye pemerintah Israel diketahui oleh FakeReporter, sebuah badan pengawas disinformasi Israel.

Meta, pemilik Facebook dan Instagram, serta OpenAI, pemilik ChatGPT, juga mengumumkan hal tersebut pekan lalu.

Keduanya mengatakan mereka menemukan dan mengganggu operasi pengaruh tersebut.

“Peran Israel dalam hal ini ceroboh dan mungkin tidak efektif,” kata CEO FakeReporter Achia Shatz seperti dikutip NYT.

Dia memperingatkan: “Fakta bahwa Israel memimpin operasi untuk mencampuri politik AS adalah tindakan yang sangat tidak bertanggung jawab.”

Dalam sebuah pernyataan kepada New York Times, Kementerian Diaspora Israel membantah terlibat dalam operasi tersebut dan menegaskan bahwa pihaknya tidak ada hubungannya dengan Stoic.

Sementara itu, FakeReporter memperkirakan akun palsu yang dibuat oleh kampanye tersebut telah mengumpulkan lebih dari 40.000 pengikut di X, Facebook, dan Instagram.

Mengingat sebagian besar pengikut akun palsu ini kemungkinan besar adalah bot, menurut temuan Meta dan OpenAI, operasi pengaruh Israel pada akhirnya tidak berdampak luas.

Yang terjadi saat ini adalah mahasiswa di Amerika bangkit memprotes genosida Israel di Jalur Gaza.

Di berbagai kampus ternama di Amerika Serikat, para pemuda dan mahasiswa telah membangun tenda kemah untuk membela Palestina.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours