Israel Serang Zona Aman Gaza saat Diskusi Gencatan Senjata Berlanjut

Estimated read time 2 min read

GAZA JALUR – Israel melancarkan serangan darat, laut, dan udara terhadap al-Mawasi, zona aman yang ditetapkan di Gaza, menurut kantor berita Palestina Wafa.

Tentara Israel membantah melakukan serangan di daerah tempat ribuan warga Palestina mencari perlindungan.

Wafa juga melaporkan serangan Israel di sisi barat kota Rafah, serta serangan yang menewaskan lima orang di Nuseirat di Gaza tengah.

Perkembangan ini terjadi ketika Hamas menyerukan Amerika Serikat (AS) untuk menekan Israel agar menyetujui gencatan senjata permanen, sementara Israel bersikeras melanjutkan perang setelah semua sandera dibebaskan.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Rabu (6/12/2024) bahwa kelompok bersenjata Palestina telah melakukan banyak perubahan terhadap rencana gencatan senjata yang didukung AS, beberapa di antaranya dianggapnya tidak bisa dijalankan.

Seorang pemimpin senior Hamas mengatakan kepada Reuters bahwa usulan perubahan perjanjian itu “tidak ada artinya” dan mencakup penarikan total pasukan Israel dari Jalur Gaza.

Pemimpin Hamas mengatakan mereka menuntut tiga “fase gencatan senjata yang terkait dan berkelanjutan” dan pencabutan blokade Gaza, yang memungkinkan pergerakan bebas orang dan barang di daerah kantong tersebut.

Hamas juga menuntut agar ia memilih daftar 100 tahanan Palestina dengan hukuman panjang yang akan dibebaskan dari penjara-penjara Israel, menurut pemimpin tersebut, sebuah klausul yang saat ini tidak menjadi bagian dari kesepakatan tersebut.

Terakhir, pemimpin Hamas mengatakan kelompoknya memprotes “pembatasan waktu pembebasan tahanan dengan hukuman berat hingga maksimal 15 tahun sisa masa hukuman penjara mereka,” menurut Reuters.

“Tidak ada perubahan signifikan yang menurut pimpinan Hamas memerlukan penolakan,” ujarnya.

Mengutip para pejabat yang mengetahui masalah ini, Times of Israel mengatakan masalah lainnya adalah Hamas menuntut jaminan dari Israel bahwa mereka akan menerima gencatan senjata permanen.

Laporan tersebut mengklaim Hamas khawatir bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hanya akan melaksanakan tahap pertama dari perjanjian tersebut, yang mencakup pembebasan sisa sandera perempuan, sakit dan lanjut usia selama enam minggu sebelum menemukan alasan untuk melanjutkan pertempuran.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours