JAKARTA (ANTARA) – Pemerintah Kota Jakarta Pusat bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta memperkuat edukasi kesiapsiagaan dampak gempa bumi dan kebakaran. Pertemuan ini untuk memitigasi risiko dan memahami bencana di gedung-gedung bertingkat, kata Ishran Prasetiawan, Kepala Bagian Tata Kelola (Kabag) Sekretariat Kota Jakarta Pusat, di ruang konferensi Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Senin. Arahan ini juga diberikan untuk manajemen keselamatan gempa dan kebakaran. Menurut Ishran, Jakarta Pusat merupakan salah satu kawasan di pusat kota yang patut untuk menyelenggarakan rapat koordinasi mengenai edukasi dampak gempa dan kebakaran, mengingat kawasan tersebut merupakan kawasan yang banyak terdapat gedung-gedung bertingkat. Baca juga: Warga Jakarta Diimbau Waspada, Bersiap Hadapi Megathrust Selain edukasi gempa dan kebakaran, konferensi juga mengajarkan penanganan kebakaran dan pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan.
Ishran mengatakan, “Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengurangi risiko bencana pada gedung bertingkat. Sehingga jika terjadi bencana, kerusakan dan korban jiwa bisa diminimalisir.
Ishran menjelaskan, kegiatan mitigasi tersebut meliputi cara mempersiapkan dan melatih jika terjadi bencana. Selain itu, Balai Kota memiliki status konservasi tujuh lantai dan berusia di atas 30 tahun.
Dalam pengoperasiannya, seluruh bangunan darurat memiliki jalur distribusi, sistem alarm kebakaran dan air (hidran).
“Kita berdua perlu memahami alur mekanisme Standard Operating Procedure (SOP) di Gedung A yang tujuh lantai itu, dan bisa dilaksanakan sesuai mekanismenya,” kata Ishran. Baca Juga: BPBD DKI Perkuat Kesiapsiagaan Gempa Besar Oleh karena itu, Ishran Pusat (Pemkot) Jakarta bersama BPBD DKI Jakarta pemerintah pusat, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) serta Pusat Darurat Krisis dan Kesehatan Daerah (.PK3D) yang melakukan simulasi dampak menegaskan bahwa dia berencana melakukannya. Gempa bumi dan kebakaran. “Kedepannya setelah kami memberikan materi ini, kami akan meluangkan waktu untuk melakukan simulasi gempa dan kebakaran, dan potensi gempa di wilayah Jawa cukup besar,” kata Ishran.
Kepala Subtim Pencegahan BPBD DKI Jakarta Ryan Sarsono mengatakan, permasalahan berskala besar yang bisa menimpa Pulau Jawa tidak boleh dianggap sebagai peristiwa masa lalu.
Sebaiknya pemerintah melakukan tindakan pencegahan bersama pemangku kepentingan terkait (stakeholder) agar tidak terjadi jatuhnya korban dan kerugian yang besar.
Pelatihan teknis dengan aspek-aspek yang relevan diperlukan sebagai penerapan praktis dari materi yang disampaikan pada setiap mata kuliah.
“Semakin banyak pelatihan yang kita lakukan, maka kita akan semakin siap dalam manajemen tanggap bencana ketika terjadi gempa bumi atau bencana lain di sekitar kita,” tegas Ryan. Baca Juga: Inilah 10 Cara Mengatasi Gempa Denyut Tinggi di Jakarta Sumber gempa di dekat Jakarta dapat berdampak pada wilayah Jakarta. Artinya, sesar Baribis mempunyai potensi magnitudo (M) sebesar 6,5, sesar Lembang berpotensi sebesar M6,8, dan sesar Cimandiri berpotensi sebesar M6,7.
Selain itu, salah satu sumber gempa adalah dorong besar di Selat Sonda (Banten) dengan potensi M8,7. “Selatan Jawa, megathrust Selat Sunda mempunyai potensi ketinggian M8,7,” ujarnya.
Gempa bumi terbesar yang merusak Jakarta adalah gempa Subduk Banten Selatan yang berkekuatan 8,7 magnitudo dan durasi 15 detik dengan risiko utama robohnya sebuah gedung atau gedung.
Pelatihan tersebut diikuti oleh penyedia jasa swasta (PJLP) kebersihan lainnya, pengamanan internal (pamdal), kepala cabang (kasuban), kepala cabang (kasudin), kepala departemen (kabag) dan relawan. Staf Harian (PHL) di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat. Baca juga: BMKG Ingatkan Pentingnya Investasi Mitigasi Gempa di Jakarta
+ There are no comments
Add yours