Jakpus edukasi lingkungan yang tangguh terhadap perubahan iklim

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Pusat Kota Jakarta (Jakpus) terus menggencarkan edukasi masyarakat tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang tahan terhadap perubahan iklim melalui penyusunan program desa iklim (Proklim). Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Asekbang) Sekretaris Kota Jakarta Pusat Bakwan Ferizan Ginting bersama tim melakukan peninjauan persiapan Proklim di Gedung Interaksi Masyarakat, RW 08, Tanah Tinggi, Johar Baru.

Saya mengapresiasi segala upaya mengajak warga untuk bekerja sama menciptakan lingkungan yang berketahanan terhadap perubahan iklim, kata Ginting di Jakarta, Kamis.

Pengecekan persiapan dilakukan dengan mengunjungi lokasi Proklim kawasan RW 08, meninjau kolam ikan dan kebun hidroponik.

Menurut Ginting, RW 08 merupakan salah satu RW yang terpilih mewakili Pemerintah Kota Jakarta dalam kompetisi Proklim Tingkat Menengah Provinsi DKI Jakarta.

Lingkungan RW 08 juga diharapkan dapat terbentuk sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup untuk dimasukkan dalam kategori Proklamasi Tingkat Menengah.

“Tahun ini akan dilakukan evaluasi terhadap lima RW dan salah satunya adalah RW 08 Kelurahan Tanah Tinggi yang akan masuk mewakili Jakarta Pusat pada lomba Proklim Tingkat Menengah Provinsi,” kata Ginting.

Ginting berharap seluruh warga dapat terus berpartisipasi dalam membangun lingkungan berketahanan iklim. Selain itu, manfaat perbaikan perubahan iklim terhadap lingkungan dapat dirasakan oleh seluruh warga.

“Sebenarnya yang jadi permasalahan di kawasan Tanah Tinggi sudah tidak ada lagi lahan kosong. Namun, lahan yang terbatas itu bisa dimanfaatkan warga untuk menanam tanamannya, misalnya menggunakan pot gantung,” kata Ginting.

Persiapan pemantauan mencakup beberapa aspek penilaian, antara lain aspek adaptasi, mitigasi, dan kelembagaan. Dalam hal adaptasi, terdapat tiga komponen yaitu kekeringan, banjir, dan pengendalian longsor.

Kemudian terdapat empat komponen aspek mitigasi yaitu pengelolaan limbah, limbah padat dan cair, penggunaan energi baru dan terbarukan, konservasi dan penghematan energi, budidaya pertanian dengan emisi gas rumah kaca (GRK) yang rendah dan peningkatan atau pemeliharaan tutupan vegetasi. .

Sedangkan pada aspek kelembagaan ada tujuh unsur, antara lain bank sampah, pemantau jentik (jumantik), posyandu, kelompok tani atau perempuan tani, dasawisma, karang taruna, dan kelompok kerja Proklim (Pokja).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours