Jenama OE perhatikan regenerasi pengrajin batik

Estimated read time 3 min read

JAKARTA (ANTARA) – Inisiatif untuk membangkitkan kembali perajin batik dicanangkan oleh banyak kelompok yang peduli melestarikan budaya Indonesia, salah satunya merek batik Indonesia OE.

Merek ini didirikan pada tahun 2013 berdasarkan pengalaman langsung pendirinya bertemu dengan para perajin batik di Yogyakarta dan Solo saat masih kuliah.

“Jadi kami benar-benar membuatnya dari awal. Saat kuliah, kami sempat berwisata batik ke Yogyakarta dan Solo, dan kami bertemu langsung dengan para perajinnya. kata merek batik OE Rizki Triana pada konferensi pers Hari Batik Nasional 2024 Tokopedia di Jakarta, Rabu.

Wanita yang akrab disapa Qiqi ini menambahkan, perjalanan tersebut mengungkap kekhawatiran besar bahwa para perajin batik sebagian besar berasal dari generasi tua dan anak-anak mereka lebih memilih bekerja di pabrik karena merasa batik sudah tidak lagi “keren”.

Saat ini, para perajin yang bekerja sama dengan OE juga menjadi bagian dari regenerasi perajin sehingga tidak hanya merangkul perajin senior, namun juga perajin muda.

Selain itu, pada tahun 2012, ketika UNESCO baru saja menetapkan batik sebagai Warisan Budaya Dunia di Indonesia, banyak anak muda yang tidak tertarik lagi untuk melanjutkan tradisi tersebut. Hal ini mendorong OE untuk mencari cara agar batik kembali relevan bagi generasi muda.

Salah satu strategi yang dilakukan adalah menjadikan batik lebih terjangkau dengan tetap menjaga nilai seni yang tinggi tanpa mengorbankan kualitas.

“Kami berharap batik tidak hanya menjadi simbol tradisi tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup modern. Melalui desain yang menarik dan edukasi tentang pentingnya batik, kita dapat menarik perhatian generasi muda,” ujarnya.

Kini batik telah berkembang menjadi pakaian yang dapat dipadukan dengan gaya kasual, seperti sepatu olahraga, dan perlahan mendapat tempat di hati anak muda.

Selama sebelas tahun terakhir, OE terus melakukan inovasi dalam pemasaran batik, membuka pasar yang lebih luas melalui kerja sama dengan platform digital seperti Tokopedia.

Kesuksesan mereka juga bergantung pada strategi pemasaran kreatif dan kampanye visual yang menarik perhatian.

Tak hanya itu, OE juga mendukung gerakan fesyen berkelanjutan. Dengan desain yang timeless, produk batik OE tetap memiliki relevansi meski dibeli bertahun-tahun yang lalu.

Pengelolaan persediaan dan limbah juga dilakukan secara ketat untuk menghindari pemborosan bahkan sisa produksi digunakan oleh mitra perusahaan untuk memproduksi barang lainnya.

Melalui upaya revitalisasi ini, batik kini dipandang tidak hanya sebagai warisan budaya tetapi juga sebagai peluang komersial dan seni yang berkembang.

Semakin banyak generasi muda yang terlibat dalam proses pembuatan dan mempopulerkan batik sebagai bagian dari identitas modern mereka.

Kebangkitan perajin batik tidak hanya sekedar melestarikan tradisi tetapi juga membawa rasa kebanggaan dan relevansi baru bagi generasi penerus.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours