Jenderal Kopassus Ini Bertaruh Nyawa Menyamar Jadi Kuli Pasar demi Memata-matai Musuh

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Letjen TNI (Purn) Sutiyoso merupakan salah satu jenderal Kopassus yang sangat disegani dan disegani. Kepiawaiannya di bidang operasi membuat lulusan Akademi Militer (Akmil) angkatan 1968 itu kerap dikirim ke berbagai misi berbahaya.

Salah satunya adalah Operasi Flamboyan yang menjadi cikal bakal Operasi Seroja. Pada akhir tahun 1974, terjadi operasi militer besar-besaran TNI di Timor Portugis atau Timor Timur (Timtim), sekarang Timor Timur.

Menurut biografinya, Sutiyoso, Jenderal Lapangan, Prajurit Komando Total, Sutiyoso adalah orang pertama yang mencapai perbatasan Timor Timur bersama G-1/Kapal Intelijen Pertahanan dan Keamanan Letjen TNI L.B. Moerdani.

Dalam misi berbahaya tersebut, Sutiyoso yang merupakan pengintai Kopas diam-diam memasuki wilayah musuh seorang diri untuk mengetahui kekuatan musuh.

Agar tidak terdeteksi musuh, mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyamar sebagai mahasiswa yang melakukan penelitian. “Kalau musuh ini menangkap saya, saya tidak akan kembali hidup-hidup, karena sudah selesai,” kenangnya, Sabtu (21/9/2024).

Ketika Sutigoso yang saat itu masih berpangkat kapten tiba di Atabua, ia langsung mencari penerjemah. Keduanya kemudian melaju ke perbatasan Timor Timur. Sutiyoso harus melintasi medan yang sangat sulit dan terjal.

Dari puncak bukit, Sutiyoso mengamati wilayah Timor Timur dengan teropong kecil. Carilah celah di antara pos-pos perbatasan yang sangat sempit. Setelah mencermati, Sutiyoso akhirnya menemukan dua titik yang bisa menjadi pintu masuk ke Timor Timur.

Sutiyoso kembali ke Atambua untuk melapor kepada Kolonel Dading dan Mayjen TNI LB Moerdani. Namun usahanya untuk kembali ke Atabua tidaklah mudah, hujan deras di kawasan itu menyebabkan sungai yang dilintasinya meluap.

Tenggelam dan kelaparan, Sutiyoso akhirnya menunggu hingga pagi. Saat itu, ada seorang petani yang lewat sambil membawa bibit jagung untuk dijual di Atambua. Sutiyoso mengambil jagung itu dan memanggang jagung tua itu di dalam oven.

Saking laparnya Sutiyoso, ia harus makan jagung keras. Sesampainya di Atambua, Sutiyoso menyampaikan informasi yang diperolehnya saat memantau perbatasan kepada atasannya.

Menyamar sebagai pekerja pasar

Usai menuntaskan tugasnya, Sutiyoso kembali mendapat informasi penting dari seorang perwira Kopassanda bernama Tony Sumardjo, seorang mayor Kopassan yang ditugaskan mewakili Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN) di Atambua.

Informasi tersebut mengacu pada pasar Batugede, kota terdekat di wilayah Timor Timur, dimana masyarakat Indonesia dapat masuk untuk berdagang pada hari-hari tertentu dengan membawa surat keterangan. Informasi tersebut menginspirasi Sutiyoso untuk kembali menyelinap ke wilayah musuh melalui pasar Batugede.

Meski tak diizinkan, Sutiyoso berinisiatif menyuruh Mayor Tony Sumarjo masuk ke Batugede. Meski Sutiyoso tahu betul bahwa ini adalah tugas yang sangat berbahaya, namun Sutiyoso bertekad untuk melakukannya. Naluri kecerdasan Sutiyoso tidak pernah gagal dan ia takut ketahuan.

Sutiyoso ingin melihat seperti apa tentara dan polisi Timor Timur, apa senjatanya, markasnya, dan lain-lain. Sutiyoso pun masuk ke Batugede dengan menyamar sebagai saudagar atau saudagar Tionghoa yang membawa truknya.

Saat itu, Komandan Tim Susi, Yunus Yosfia yang sedang bersiap berangkat ke Timor Timur, berkunjung ke Atambua dan mengumumkan keikutsertaannya. Mereka juga berpakaian seperti kuli angkut. Sutiyoso mengamati segala situasi dalam angkutan barang, terutama situasi yang berkaitan dengan tentara, polisi, dan perlengkapannya.

Saat sedang asyik mengawasi para pedagang Cina yang membawa barang, tiba-tiba sebuah helikopter tiba dari Dili menuju Batugende. Sutiyoso dengan cepat berusaha mencari informasi siapa saja yang datang dengan helikopter tersebut. Sutiyoso kemudian mendapat informasi bahwa helikopter yang datang adalah polisi militer Timor Portugis dari Dili.

Polisi militer datang untuk memeriksa pendatang baru apakah ada penyusup militer. Sutiyoso pun mengamati tindakan polisi militer tersebut. Mereka adalah dua pria, seorang perwira dan seorang bintara berpakaian sipil. “Aduh, matilah, kamu akan menyiksa dan memenjarakan saya,” gumam Sutiyoso.

Dua polisi militer mengawasi semua orang dan menanyakan identitas orang-orang yang mereka curigai. Beruntung Sutiyoso lolos dari kecurigaan dua polisi militer. Mungkin karena tubuhnya yang kecil, ia tidak pantas dicurigai sebagai seorang tentara. Apalagi saat itu rambut Sutiyoso masih panjang. Penampilannya benar-benar cantik. Sehingga sesampainya di rumah sore harinya, Sutiyoso dalam keadaan selamat.

Sutiyoso juga tahu banyak tentang infiltrasi. Di antara keduanya, di depan pantai, terdapat benteng Portugis yang kokoh. Tak hanya itu, Sutiyoso juga mengetahui jenis senjata yang digunakan dan seperti apa prajurit Timor Timur tersebut. Termasuk pintu masuk untuk menyerang Batugede jika diperlukan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours