JP Morgan beri prospek positif terhadap perekonomian Indonesia

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (ANTARA) – Kepala Riset dan Strategi JP Morgan Indonesia Henry Wibowo mengatakan pihaknya memberi Indonesia peringkat “overweight” (penilaian positif terhadap prospek ekonomi dan pasar saham).

“Mengapa kita mempunyai bobot positif bagi Indonesia? Ada beberapa hal. “Pertama, kami yakin Indonesia merupakan salah satu negara yang akan terkena dampak positif penurunan suku bunga The Fed,” ujarnya saat konferensi pers JP Morgan di Gedung Energi Jakarta.

JP Morgan memperkirakan penurunan suku bunga AS sebesar 125 basis poin (AS) tahun ini menjadi 50 basis poin pada bulan September, 50 basis poin pada bulan November, dan 25 basis poin pada bulan Desember.

Untuk Indonesia, Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga menjadi 50 basis poin dari 25 basis poin pada bulan ini dan 25 basis poin pada bulan November.

“Jika pelonggaran moneter terjadi, likuiditas akan membaik karena suku bunga mulai turun, dan mungkin aliran dana (pergerakan uang) dari aliran pertumbuhan ke pasar negara berkembang, yang salah satunya akan bermanfaat bagi Indonesia,” kata Henry.

Upaya reformasi struktural yang sedang dilakukan di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Visi Emas Indonesia 2045, juga merupakan alasan lain mengapa JP Morgan bersikap positif terhadap prospek perekonomian dan pasar saham negara ini.

Salah satu bentuk reformasi yang dipandang perlu adalah transformasi Indonesia dari negara eksportir barang menjadi pusat manufaktur.

Faktor ketiga adalah kembali pulihnya dinamika laba perusahaan (Tbk) dari minus 6%. pada semester pertama tahun 2024, serta 5 persen pada semester kedua tahun 2024 (peningkatan laba bersih dari satu periode ke periode berikutnya). tahun ini sekitar 5-9 persen.

Penguatan nilai tukar rupee diyakini menjadi salah satu faktor yang membuat laba pulih dari Rp 16.200 per dolar AS selama beberapa bulan terakhir.

“Rupee kita sangat sensitif terhadap perubahan keuntungan korporasi atau keuntungan perusahaan. Banyak perusahaan yang mengimpor bahan baku karena banyaknya eksportir. “Jadi kalau rupee melemah, marginnya cenderung tergerus, begitu pula perusahaan yang utangnya dalam mata uang dolar AS atau mata uang asing, jadi kalau rupee kita melemah maka akan berdampak pada pembayaran bunga atau efek kerugian. – katanya.

“Begini, rupee kita sudah terapresiasi sekitar 5-6 persen. Selama beberapa bulan terakhir, kini turun dari 16.200 rubel (terhadap dolar AS) menjadi 15.500 rubel. “Ini berdampak sangat positif bagi emiten kami, seharusnya pertumbuhan pendapatan perusahaan kembali,” kata Henry.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours