Jumlah lansia semakin banyak pada 2035

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Hasto Wardoyo memperkirakan jumlah lansia di Indonesia akan meningkat pada tahun 2035.

Sedangkan generasi penerus, khususnya generasi Z, adalah generasi stroberi yang lebih kreatif namun lebih lembut, bahkan kuat, katanya, Jumat, di Semarang, Jawa Tengah.

Hal ini ditunjukkan oleh data BPS pada tahun 2023, yaitu sekitar 9,9 juta penduduk usia 15 hingga 24 tahun di Indonesia tidak bekerja atau bersekolah. Jumlah tersebut mewakili 22,25 persen dari total penduduk muda Indonesia.

“Anggap saja rata-rata lama bersekolah adalah 9,4 tahun. Oleh karena itu, wajar jika penduduk yang tidak tamat SD dan SLTP lebih banyak dibandingkan yang tamat perguruan tinggi,” kata Hasto.

Menyusul hal tersebut, Hasto mengatakan BKKBN berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu kemungkinannya adalah dengan berasumsi bahwa tidak akan ada pernikahan muda.

Untuk mencapai hal tersebut, BKKBN bersama mitra juga melakukan kegiatan penguatan ekonomi keluarga, seperti pameran dan event perdagangan, untuk mendorong upaya peningkatan pendapatan keluarga melalui Usaha Pencipta Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA).

“BKKBN membantu mendorong kewirausahaan, mendukung sekolah kejuruan, kesempatan kerja yang lebih baik dan juga kegiatan kelompok pengembangan keluarga bagi generasi muda,” kata Hasto.

Pada bagian lain, ia juga menghimbau masyarakat untuk lebih jeli mencermati bonus demografi di Kota Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur.

Ia mengatakan hal ini penting karena mayoritas penduduk IKN baru di Indonesia berada pada usia kerja. Menurut Hasto, peluang terjadinya bonus demografi di IKN nampaknya positif.

“Tapi kita harus ingat, bisa jadi itu palsu karena banyak pendatang yang datang tiba-tiba ketika mereka menganggur,” ujarnya.

Harus.

Menurutnya, masuknya warga usia kerja di IKN berarti lebih banyak warga yang bekerja dibandingkan warga tidak bekerja.

“Sayangnya, uang tersebut belum tentu beredar di IKN karena keluarganya tinggal di Pulau Jawa atau di luar IKN. Jadi penghasilannya jadi ‘capital flight’ dan ditransfer ke keluarga,” ujarnya.

Oleh karena itu Hasto menekankan pentingnya memperhatikan jumlah penduduk dan prospek bonus demografi di IKN.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours