Jumpalitan dunia Riley saat beranjak remaja di “Inside Out 2”

Estimated read time 4 min read

Jakarta (ANTARA) – Sembilan tahun telah berlalu sejak perilisan pertama “Inside Out”, kali ini di film berikutnya, Disney dan Pixar mengajak penonton untuk memasuki benak Riley yang dimulai sejak ia masih remaja.

Jika di film pertama Riley mencoba mengatasi masa kecilnya dengan mengelola emosinya karena pindah keluarganya dari Minnesota ke San Francisco, kini Riley telah menemukan rumah baru yaitu teman barunya yang bernama Bree dan Grace.

Efek-efek tersebut ditampilkan dalam bentuk lukisan indah dan cantik yang bekerja berdampingan di kantor pusat. Yaitu rasa gembira, rasa bahagia yang telah membuat damai dan rasa sedih, sedih. Bahkan Joy pun berubah menerima kesedihan dalam beberapa keputusannya karena dia memahami bahwa kesedihan adalah bagian penting dari diri Riley.

Emosi lain yakni ketakutan, kebencian, dan kemarahan masih ada untuk membantu Riley menjalani hari-harinya. Dalam film tersebut, masa kecil Riley terlihat sukses. Semuanya berjalan baik seiring Riley tumbuh menjadi anak yang cerdas, bahagia, penuh hormat, teman yang setia, lucu, dan yang paling penting dia menjadi juara di tim Hockey.

Kemudian, suatu malam, perubahan hormonal tiba-tiba muncul di tubuh Riley, yang menginjak usia 13 tahun saat suhu tiba.

Markas besar berada dalam kekacauan karena ada pemulihan mendadak yang memungkinkan munculnya emosi baru Riley, yaitu: Kecemasan, Malu, Ennui, Iri hati, dan banyak visi nafsu. Masa remaja dimulai, segalanya kacau balau.

Dari sana, Riley memulai perjalanan mengeksplorasi emosi dan keinginan masa remaja. Masa remaja, masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja merupakan masa yang penting bagi setiap orang karena munculnya emosi-emosi baru ibarat terbang, sedangkan emosi masa kanak-kanak lambat laun mulai menggunakan emosi-emosi yang digantikan oleh orang yang lebih tua.

Kebahagiaan seringkali tergantikan oleh rasa takut karena perlunya merencanakan masa depan, rasa takut yang seringkali melelahkan dan lari dengan hinaan untuk menutupi rasa malu.

Individu akan mulai merasakan kebutuhan untuk dekat dengan teman sebayanya hingga mampu mengenali seksualitasnya. Kata-kata ini seringkali menimbulkan perasaan ketidakpastian yang ekstrim jika tidak dilakukan dengan benar.

Sayangnya, orang tua sering kali tidak memahami krisis kecemasan dan enggan membicarakannya.

Oleh karena itu, mungkin saja anak kecil belum siap dengan perasaan yang mengikutinya. Seringkali mereka berpura-pura kuat atau tertekan dan menutup diri secara emosional.

Sutradara “Inside Out 2”, Kelsey Mann, menjelaskan secara detail perubahan fisik pada anak kecil, mulai dari jerawat hingga “growth spurt” yang membuat Riley tidur larut malam. Sementara itu, secara emosional, Riley mengalami emosi yang kuat yang menyebabkan dia membuat marah orang-orang di sekitarnya, mulai dari teman-temannya, orang tuanya, pelatih hokinya, dan bahkan calon kelasnya.

Kawah Candradimuka Riley menggambarkan Mann sebagai kamp keterampilan hoki akhir pekan di mana dia sangat ingin terpilih menjadi anggota tim, seperti anak kecil yang tiba-tiba datang mengetuk; memperkenalkan serangkaian emosi baru, kebingungan kecemasan (Maya Hawke), dan iri hati (Ayo Edebiri), rasa malu (Paul Walter Hauser), dan Ennui (Adèle Exarchopoulos) berkonspirasi.

Untuk bisa bergabung dengan tim hoki impiannya, Riley harus berjuang keras dan emosi baru agar tidak berbuat salah dan menjadi orang yang tidak sesuai dengan moralnya.

“Inside Out 2” menunjukkan bahwa dorongan hati yang tidak terkendali, seperti rasa takut, dapat menghancurkan nilai-nilai sejati seseorang.

Dalam film tersebut, Worry berperan sebagai tokoh antagonis, karena saya selalu khawatir melihat Riley membuat pilihan yang buruk tentang masa depannya.

Di sini kita diingatkan betapa rasa cemas, malu dan iri hati bisa membuat kita bertindak tanpa pikir panjang, atau tanpa mendengarkan orang lain, bukan karena kita jahat tapi demi keselamatan diri sendiri.

Film ini disutradarai oleh Maya Hawke yang mengisi suara untuk Anxiety, dengan Amy Poehler sebagai Joy, Phyllis Smith sebagai Sadness, Lewis Black sebagai Anger, Tony Hale sebagai Fear, dan Liza Lapira sebagai Danger.

Lebih dari 2.500 reviewer merekomendasikan film ini di situs review film Rotten Tomatoes. Film yang masih memenuhi bioskop hingga berita ini ditulis, bisa menjadi salah satu pilihan untuk menghabiskan liburan sekolah seru bersama anak.

Sebagai tontonan liburan, film ini sangat cocok. Anak-anak bisa menikmati film ini sebagai film yang menyenangkan, bagi para orang tua pasti menyenangkan mengetahui bahwa sebagai orang tua kita harus selalu memahami keadaan mental anak.

Adegan yang berkesan dan lucu adalah ketika Riley bangun di suatu pagi dalam kemarahan hormonal remaja pertamanya, dia memeluk ibunya dan berlari keluar pintu, penonton merasakan sedikit perasaan ibunya.

“Nah, itu preview dekade mendatang,” ujar satu kesan ke kesan lainnya.

Namun, “Inside Out 2” dengan cerdik menggabungkan tantangan penemuan jati diri selama bertahun-tahun menjadi hanya satu akhir pekan yang intens di Lapangan Hoki, di mana persahabatan diuji dan sinisme pertumbuhan diuji dari sekolah menengah ke sekolah menengah atas secara penuh .

Salah satu tipsnya, jangan terburu-buru penonton setelah film berakhir karena Mann menyiapkan beberapa area setelah credit.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours