Kadin: IHT Jatim serap 40 persen tenaga kerja skala nasional

Estimated read time 2 min read

Surabaya (Antara) – Ketua Kadin Jawa Timur (Jatim), Adik Dwi Putranto mengatakan, industri hasil tembakau (IHT) Jatim mampu menyerap 40 persen bobot nasional, mengingat provinsi tersebut merupakan produsen tembakau terbesar di dunia. Indonesia.

“Jawa Timur merupakan hub produk tembakau di Indonesia bahkan mampu menyerap 40 persen tenaga kerja langsung dari sektor IHT dalam skala nasional,” ujarnya pada FGD Kadin Jatim di Surabaya. Jawa Timur, Rabu.

Proses pengolahan dan produksi tembakau di Jawa Timur mempekerjakan lebih dari 90.000 pekerja dan 387.000 petani tembakau dan cengkeh.

Adik mengatakan, posisi Jawa Timur sebagai hub produk tembakau di Indonesia pada akhirnya berkontribusi terhadap penerimaan cukai hasil tembakau secara nasional yang mencapai 61 persen.

Hal inilah yang menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi penerima Dana Bagi Hasil Cukai (DBHCHT) Tembakau terbesar, yakni pada tahun 2023 sebesar Rp 3,07 triliun dan tahun ini sebesar Rp 2,77 triliun.

“Penerimaan DBHCHT Jawa Timur akan turun signifikan pada tahun 2024, ini merupakan alarm bagi kita semua bahwa industri tembakau sedang mengalami tekanan,” kata Adik.

Berdasarkan data, pada tahun 2023 terjadi penurunan penerimaan CHT pemerintah sebesar 23,47 persen (yoy/yoy) menjadi Rp 213,50 triliun.

Hal ini berdampak pada penurunan DBHCHT nasional yakni turun sekitar 9 persen yakni dari Rp5,5 triliun pada tahun 2023 menjadi Rp4,9 triliun pada tahun 2024.

Penurunan tersebut kemudian berdampak pada pendapatan DBHCHT Jatim yang juga mengalami penurunan sebesar 9,9 persen yakni Rp 2,77 triliun pada tahun 2024.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono menyatakan DBHCHT Jatim sebesar Rp 2,77 triliun dibagi ke 38 kabupaten/kota, sedangkan provinsi hanya menerima Rp 700 miliar.

Adhi mengatakan pihaknya mengusulkan alokasi DBHCHT minimal 5 persen dari total pendapatan CHT dan mengimbau penggunaannya tidak terlalu dibatasi agar bisa maksimal dalam upaya pengentasan kemiskinan secara menyeluruh.

“Kami ingin ada bagian khusus agar masyarakat miskin yang tidak menerima juga bisa mendapat bantuan. Kami ingin masyarakat lebih produktif dengan diberikan akses permodalan sehingga punya kemampuan berproduksi,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours