Kadin: ISF 2024 momen industri menunjukkan inovasi transisi energi

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) mengumumkan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 akan digelar pada 5-6 September di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta. Program ini ditujukan agar sektor industri tanah air menunjukkan hasil inovasi di bidang transisi energi.

“Forum ini tidak hanya menjadi wadah diskusi, tetapi juga hasil dan outcome konkrit, termasuk peluang bagi industri untuk mempresentasikan proyeknya,” kata Kadin Shinta Kamdani, Wakil Presiden Koordinator Umum Bidang Maritim, Investasi, dan Urusan Eksternal. Jakarta, Kamis.

Menurut Shinta, program diskusi yang mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dari sektor transisi energi global ini dapat mempercepat Net Zero Emissions (NZE) khususnya di sektor industri dengan mengimplementasikan ide-ide yang dibahas.

Ia mengatakan, industri dalam negeri merupakan penyumbang utama emisi karbon dioksida (CO2) dan 74 persen emisi gas rumah kaca (GRK).

“Emisi sektor industri ini berasal dari konsumsi energi yang memberikan kontribusi sekitar 33,9 persen, dan hal ini menunjukkan bahwa efisiensi energi dan peralihan ke sumber energi ramah lingkungan menjadi kunci dalam upaya penurunan emisi,” kata Shinta.

International Sustainability Forum Indonesia adalah sebuah platform untuk mendorong kolaborasi dan berbagi praktik terbaik di antara para pemangku kepentingan untuk mencapai dekarbonisasi, sehingga mencapai kemajuan ekonomi berkelanjutan di seluruh dunia.

Pada tahun sebelumnya, forum ini sukses diselenggarakan di Jakarta dengan dihadiri lebih dari 2.500 peserta dari total 41 negara, lebih dari 100 pembicara di seluruh dunia pada sektor transisi energi dan penandatanganan delapan kerjasama pengembangan energi bersih.

Indonesia bertujuan untuk mengurangi total emisi karbon dari 29% atau 835 juta ton CO2 menjadi 32% atau 912 juta ton CO2 pada tahun 2030 berdasarkan Enhanced Nationally Defeded Contribution (E-NDC).

Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah berencana menghasilkan 708 gigawatt listrik, dimana 96 persennya akan berasal dari pembangkit listrik terbarukan dan 4 persen sisanya dari tenaga nuklir.

Investasi yang diperlukan untuk membangun pabrik dan transportasi diperkirakan mencapai US$1,108 miliar, dengan tambahan investasi sebesar US$28,5 miliar pada tahun 2060.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours